Part 44

2.1K 72 0
                                    

Halo semua, gak nyangka ada yang mampir ke ceritaku yang padahal amburadol 😭😭

Pas ada yang ngevote sama komen (meski cuman satu doang wkwkwk) asli sih seneng banget, sampek kek salting, gak nyangka ada yang baca cerita aku.

Terima kasih,vote dan komen kalian itu sangat bikin aku bersemangat 😭😭😭

Udah dulu, segitu aja curhat mbak orenji

Happy Reading
*
*
*
*

Selesai mengajar di pesantren, Mutiara berjalan menuju ndalem bersama sang suami yang rupanya juga selesai mengajar, keduanya berjalan beriringan dengan Mutiara yang memeluk beberapa buku dan Alfian yang memegang buku ditangan kanannya dan ponsel di tangan kirinya.

"Entah amalan apa yang Ning Mutiara lakukan, sampek dapet Gus Alfian."

"Gus Alfian juga beruntung sih, punya istri bak bidadari gitu."

Itulah yang santri-santri bisikkan saat melihat Ning dan Gusnya berjalan berduaan.

Setibanya di teras ndalem, Mutiara dibuat tersenyum, melihat sang anak yang sudah bangun dari tidurnya, Akmal dengan pipi gembulnya nampak anteng di gendongan sang om yaitu Yusuf.

"Mau sama Umma atau Abba?" ucap Alfian setelah meletakkan buku dan ponselnya di meja bersamaan dengan Mutiara yang juga meletakkan buku diatas meja diteras ndalem.

Baik Alfian maupun Mutiara sama-sama mengulurkan tangannya untuk merebut perhatian dari Akmal.

"Pasti cowok ganteng maunya sama cewek cantik lah," ucap Mutiara dengan percaya dirinya.

"Tapi ini Abba Ummanya bukan orang asing,  jadi gak ada ganteng cantik dong."

"Takut kalah bilang aja."

"Apasih, orang Akmalnya anteng sama aku juga," ucap Yusuf yang tak mau menyerahkan Akmal pada siapapun.

"Akmal gak kangen Umma? Umma sedih nih."

Tapi Akmal malah menatap sang Abba, rupanya ketampanan sang Abba lebih menarik perhatian daripada kecantikan sang Umma.

"Sama Abba," Alfian pun menggendong sang anak yang masih anteng itu.

"Kalo gitu, Aku masuk dulu deh, gerah disini," pamit Yusuf yang langsung masuk ke dalam.

"Makanya cepet nikah," ucap Mutiara yang masih bisa didengar oleh Yusuf.

"Suruh nikah elit, ngasih adeknya sulit," lirih Yusuf yang sudah tidak bisa didengar oleh Alfian dan Mutiara.

"Siapa nak?" tanya Umi yang datang dari arah dapur.

"Hah? Enggak Umi."

"Adek? Siapa?"

"Enggak Umi, pasti Umi salah dengar kok."

"Ooh gitu ya?"

"Ish Umi mah, enggak Umi, gak ada apa-apa kok."

Karena tak mau memperpanjang masalah, Yusuf pun segera menuju kamarnya, agar tenang hatinya.

Teras yang tadi hanya ada Yusuf dan Akmal, kini diganti dengan Mutiara, Alfian dan Akmal.

"Ga kerasa ya Mas, besok  seratus harinya Eliza ninggalin kita," ucap Mutiara sambil memainkan pipi Akmal.

"Iya sayang," jawab Alfian yang memangku Akmal.

"Mas masuk yuk, kayaknya Akmal haus," benar saja, Akmal sudah tidak anteng lagi.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang