Part 31

2.4K 71 0
                                    

Hello I'm comeback
Happy reading my readers 😙😙
*
*
*
*

"Assalamualaikum.. "

"Waalaikum Salam... "

Alfian dan Ayah masuk menuju dapur, namun yang mereka temui hanya Bunda seorang diri tengah masah.

"Mutiara kemana Bunda?"

"Oh iya nak, kamu liat istri kamu gih, tadi dia muntah-muntah habis subuhan, terus agak pusing gitu sekarang, lagi di pijit kepalanya sama Hesti."

"Iya Bunda, Alfian naik dulu, Yah."

"Iya nak."

Setelah Alfian menaiki tangga, Ayah yang masih menggunakan sarung dan baju koko lengkap dengan peci putih, ia menghampiri istrinya.

"Mutiara hamil, Bund?"

Bunda yang sedang menggoreng ayam pun menggeleng dan menaik nurunkan bahunya secara bersamaan.

"Gak tau, Yah. Semoga aja."

Ayah tersenyum, semoga harapan pada anaknya terjadi, ia jadi tidak sabar menimang cucu.

***

"Assalamualaikum... "

"Waalaikum Salam... "

Hesti menoleh tepat ke arah pintu, dimana kakak iparnya sudah masuk ke kamarnya, ia yang masih memijit kepala kakaknya pun segera turun dari kasur.

"Udah mendingan kak Mutiaranya?"

"Iya kak, tadi muntah banyak banget, kayaknya masuk angin, badannya lemes terus pusing. Kalo gitu aku turun dulu bantuin Bunda," pamit Hesti.

"Iya, makasih dek."

"Iya kak."

Alfian memastikan Hesti sudah keluar dari kamarnya, ia pun segera naik ke kasur, melihat wajah pucat istrinya.

"Dia diperlakukan sangat baik dengan keluarganya, pasti ia sangat kaget saat mendengar ucapan Nenek," Batin Alfian.

Alfian mengelus kening istrinya, "Sayang..."

Mendengar suara suaminya, Mutiara pun membuka dua matanya, ia tersenyum kala melihat wajah suaminya itu, namun detik berikutnya, ia merasa mual dan berlari ke kamar mandi, dan kembali menumpahkan cairan, karena sedari tadi isi perutnya sudah dimuntahkan, dan perutnya benar-benar kosong, hanya cairan lah yang keluar.

Alfian dengan telaten memijat tengkus istrinya, tidak tega melihat istrinya tersiksa seperti ini. Setelah selesai, Alfian menggendong tubuh mungil istrinya menuju kasur.

"Sudah baikan?"

Mutiara hanya mengangguk.

Alfian mengusap kedua pipi Mutiara, "Sayang.. Jangan sakit ya," lagi-lagi Mutiara hanya mengangguk, tidak ingin mengeluarkan kata-katanya.

"Mas... " lirih Mutiara, hampir tidak terdengar.

Alfian mendekatkan diri pada wajah istrinya, "Iya sayang?"

"Peluk," Alfian terkekeh, detik itu ia langsung merebahkan diri dan memeluk tubuh istrinya, sambil memijit kepala istrinya yang sakit.

Melirik jam, menunjukkan jam lima, yang mana sebentar lagi ia akan pergi untuk bersih-bersih kompleks bersama sang mertua, namun ia juga tidak tega dengan keadaan istrinya.

"Tadi Ayah bilang bakal ada bersih-bersih kompleks jam enam, Mas udah bilang mau ikut, tapi kamu sakit, Mas ke Ayah dulu ya? Mau bilang Mas ga jadi ikut."

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang