Part 19

2.8K 87 0
                                    

Sebelumnya mau ngucapin makasih yang udah mampir, gak nyangka tulisan mbak orenji ada yang baca, meski gak ada vote dan komen, tapi berasa omaygat banget ada yang baca.

Entah kalian hanya iseng-iseng atau gimana, tapi makasih udah baca, gak nyangka banget tulisan aku ada yang baca huhuhu mau nangis dulu ah

Happy reading
*
*
*
*

Acara lamaran Alfian dan Mutiara berjalan lancar, dan akad akan dilangsung minggu depan sesuai dengan kesepakatan bersama. Lebih cepat lebih baik.

"Selamat yaa, gak nyangka teman aku udah pada menemukan kebahagiaannya," ucap Reno tersenyum bahagia pada Alfian dan Mutiara yang berdiri namun ada jarak. Belom halal.

"Semoga kamu cepat menemukan kebahagiaan kamu ya," ucap Mutiara tulus.

Alfian menyalami Reno dan memeluk Reno, ia tidak terlalu mengetahui hubungan keduanya, namun Alfian cukup peka dengan pandangan Reno terhadap dirinya dan Mutiara, bukan senyum bahagia, namun senyum yang menyimpan luka.

"Oh iya, kalau gitu, aku pamit pulang dulu ya, Assalamualaikum..." ucap Reno sebelum meninggalkan acara tersebut di sore hari.

***

"Ini kali kedua Umi mengantarkan menatu-menantu Umi fitting baju," ucap Umi tersenyum. Ia bahagia akhirnya memiliki menantu.

"Yang mana nak?" tanya Umi.

"Yang ini aja Umi, simpel."

"Tapi bagusan ini," ucap Bunda.

"Iya nak, bagusan yang ini," ucap Umi yang menyetujui ucapan Bunda.

Berbeda dengan Alfian, biasanya ia akan menghindar jika Uminya mengajak belanja, namun kali ini, ia akan semangat empat lima, bahkan senyuman di wajahnya tampannya tak luntur, Mutiara yang tak sengaja melihat senyuman itu pun segera memalingkan wajahnya, antara malu dan salang tingkah.

"Kalo menurut Nak Alfian, bagusan yang mana?" tanya Bunda.

Akhirnya, Alfian dilibatkan atas pernikahannya ini.

"Yang ini Bunda," ucap Alfian, ia juga memilih apa yang dipilih Umi dan Bunda.

"Tuh kah, Bunda sama Umi juga suka ini," ucap Umi.

"Tapi kalo Alfian terserah Mutiara Umi, Alfian mau Mutiara nyaman memakai bajunya."

"Eh gak papa Gus, kalau semuanya yang ini, Aku gak papa, bener deh," ucap Mutiara.

Lucu. Ingin sekali Alfian menggigit pipi itu. Tunggu halal.

"Yaudah yang ini gak papa deh," ucap Mutiara akhirnya mengalah.

Selesai dari butik, Alfian dan Umi mengantar Mutiara dan mertuanya kembali ke rumah, karena tiga hari lagi mereka akan melangsungkan akad dan resepsi.

"Jangan lupa istirahat nak," Umi mengecup pelan kening Mutiara sebelum masuk ke mobil Alfian.

"Iya Umi," ucap Mutiara.

***

Hari dimana akad akan dilangsungkan, semua tamu sudah datang, termasuk Reno dan sekeluarga dimana Agus adalah teman kerja Ayah di perusahaannya.

Mutiara kini sudah di make up, dan menggunakan baju yang sudah di fitting tempo hari.

Hesti dan Salsa berada di kamar Mutiara. Hesti menatap Mutiara dengan mata berkaca-kaca.

Hesti mendesah pelan, Mutiara yang mengetahui perasaan adiknya, Mutiara langsung memeluk erat adiknya, dan hitungan detik air mata Hesti tumpah tak tertahankan.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang