Part 36

2.4K 62 0
                                    

Selamat membaca
*
*
*

Hesti tiba di rumahnya, setelah dijemput oleh sang ayah dari sekolah.

"Ada siapa, Yah?"

"Ada Kak Salsa sama suami anaknya."

"Wih, rame nih rumah," Hesti pun segera turun, namun baru saja tiba di pintu, bunda kembali menodorng pelan sang anak bungsu itu.

"Kenapa bunda?"

"Ayah, pinjem jaketnya."

Ayah pun membuka jaket tentara yang ukuran besar itu, Bunda pun langsung mengikatkan pada pinggang Hesti, kini Hesti seperti memakai roh se mata kaki, karena jaket ayah yang memang besar sesuai ukuran sang ayah.

"Kenapa sih bunda?"

"Didalem ada kakak kamu, sama Ustadz Soleh, dan kamu pakai begini?"

"Ini kan seragam sekolah bunda!"

"Ya gak papa toh, pakai aja," ucap Ayah yang membela sang istri itu.

Hesti pun nurut, ia segera masuk dan benar, disana ada dua bayi yang sedang di gendong oleh bapak-bapak mereka.

Hesti menatap Eliza yang sedang menatap ke arahnya, dengan tega Hesti menjulurkan lidahnya pada ponakan itu.

"Wleeee."

"Hesti!"

Baru bunda akan memberi peringatan, namun sang anak sudah berlari menaiki tangga.

"Ehek uwaaa uwaaa."

"Eh, sama onty ya nak, sini sama eyang," Ayah mengambil alih Eliza yang sedang di gendong oleh Alfian.

Setelah selesai mandi, Hesti berinisiatif memakai baju panjang, tidak enak juga jika ia memakai baju pendek sedangkan di rumahnya ada ipar-iparnya yang sangat mengerti agama itu.

Hesti pun turun meski tidak memakai hijab, karena ia tidak terbiasa. Ia menghampiri sang ayah yang tengah menggendong Eliza itu.

"Idiiih ayahnya siapa tuh?, main minta gendong sama ayahnya onty. Gak boleh!, ini ayahnya onty gak boleh ada yang gendong sama ayahnya onty," Eliza Eliza, kasihan sekali nasibmu nak, yang kuat ya dibully sama onty mu itu.

"Diiih senyum, kenapa kamu boy?" kini Hesti berulah pada Faaz, anak dari Salsa yang Bunda gendong.

Hesti kembali melirik Faaz, dan Faaz kembali tertawa melihat Hesti, "Ngapain? Mau godain onty? Maaf Faaz, onty hanya milik om junghwan seorang."

"Dih, sok iye," Mutiara sudah tidak tahan lagi dengan sikap adiknya ini.

Faaz mengulurkan tangannya, seperti meminta gendong pada Hesti, namun hesti terang-terangan menolak dan berkata, "Maaf Faaz, kita bukan muhrim, jadi jangan dekat-dekat sama onty, apalagi minta gendong onty."

"Eh iya iya, sini biar onty yang gendong."

Bunda memberikan Faaz pada Hesti, dengan lembut Hesti menimang-nimang bayi yang berumur lima bulan itu, membuat bayi perempuan yang berumur tiga bulan itu cemburu dan menangis.

"Loooh, Eliza nangis, cemburu kah?" tanya Salsa.

"Uwaaaa uwaaaaa."

Eliza terus menatap ke arah ontynya yang menggendong Faaz.

***

Seperti biasa, jika siang hari Mutiara akan mengajar, sedangkan Eliza ia titipkan pada Umi, barulah setelah mengajar ia akan segera pulang untuk bertemu sang anak itu.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang