Part 23

2.8K 80 1
                                    

Selamat membaca.

Berharap suatu saat nanti bisa namatin cerita, sebagai simbol kalau aku pernah serajin itu buat nulis.

Dan yaah, i hope akan ada yang mencintai anakku ini selain diriku sendiri 😊

Udah, gak banyak-banyak curhatnya, lanjut nanti lagi curhatnya.

*
*
*
*
*

Sepulang dari acara di pesantren lain, Alfian langsung pulang bersama Abi, hari-hari Alfian tambah bersemangat ketika melihat ada Mutiara di ndalem.

"Assalamualaikum... " Alfian membuka pintu kamarnya, melihat istrinya yang sedang memainkan ponselnya.

Pawang Junghwan

Tau tuh kak, Bunda ngebet banget pengen punya cucu.

Masak tadi datang arisan kek ngeluh gitu, semua temen-temannya pada udah ada cucu

Busedd cepet nikah dong kamu

Lah kok aku? Kan situ yang nikah, ya situ lah yang ngasih

Aku sih masih setia menunggu cintanya Junghwan kak

Pepet teroosss bestihh
Siapa tau beneran dapet, lumayan
dapet ipar ganteng

Amiin

"Ra.... " Alfian menyentuh pundak Mutiara yang duduk di sofa kamarnya.

"Anjirtt... " Mutiara yang hanya memakai daster berwarna hitam lengkap dengan bunga-bunga selutut pun dibuat kaget.

"Astagfirullah... "

"Astaga... " Mutiara memegang dadanya, jantungnya tak karuan.

"Pengen Mas hukum kah, kok ngomong gitu?"

"Ya maaf, lagian ngagetin."

"Lain kali biasain bilang Astagfirullah kalo kaget ya."

"Iya!" Mutiara kembali fokus pada ponselnya, Alfian pun dibuat penasaran.

"Lagi apa?"

"Ini, Hesti curhat."

"Curhat apa?"

Deg!

Tak mungkin ia mengatakan kalau Hesti bercerita jika Bunda pengen seorang cucu.

"Enggak. Biasa anak muda."

"Mas mandi dulu ya."

"Iya, nanti aku siapin bajunya."

Setelah masuk ke kamar mandi, Mutiara menyiapkan baju untuk Alfian.

Setelah bersih-bersih, Alfian melihat istrinya yang sudah meringkuk diatas kasur, tidak lagi memegang ponselnya.

Alfian segera memakai baju sambil menatap istrinya yang memunggungi dirinya itu, setelah selesai, ia segera menghampiri Mutiara, ingin melihat apakah istrinya sudah tidur.

"Ra. Kamu kenapa?" tanya Alfian, pasalnya Mutiara mencengkram perutnya dengan kuat.

Mutiara melihat ke wajah tampan suaminya, "Aku pms, perut aku sakit."

"Yaudah, Mas ambil kompresan dulu."

Alfian segera turun ke dapur untuk mencari kompresan, disana ia bertemu dengan Uminya yang belum tidur, padahal jam menunjuk ke angka sepuluh.

"Al.. Kirain Umi udah tidur."

"Belum Umi, istri Al sakit perut, lagi halangan."

"Ooh yaudah kompres."

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang