Part 12

2.7K 59 0
                                    

Happy reading
*
*
*
*
*
*

"Ada apa?" tanya Abi.

Alfian kini tengah berkumpul bersama keluarganya, ucapan Ustadzah Aisyah tadi siang sangat melekat di ingatannya.

Alfian menjelaskan apa yang Ustadzah Aisyah ucapkan, dan apa yang ia rasakan, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi.

Umi, adalah orang pertama yang menitikkan air matanya, tersirat kekecewaan dihatinya, menantu yang ia pilihkan untuk putranya, yang sudah ia sayangi seperti anak sendiri, namun kini ia harus mengikhlaskan semua yang terjadi.

"Kenapa nak? Kenapa kamu tidak mencoba mencintai dia?" tanya Umi dengan air mata yang mengalir.

"Maaf Umi, hati tidak bisa dipaksa, Alfian tidak mau ustadzah Aisyah tersakiti hidup dengan orang yang tidak mencintainya."

"Kenapa kamu tidak belajar?"

"Maafin Alfian Umi, sekali lagi maafin Alfian."

Sedangkan Hindun dan Yusuf hanya menyimak saja, tidak mau ikut campur masalah orang dewasa.

***

"Astaghfirullah...."

Ustadzah Aisyah memejamkan kedua matanya, tasbih terus berputar di tangan kanannya, terlihat jelas kedua matanya sebam habis menangis.

Munafik jika ia tidak tersakiti, namun untuk apa hidup dengan orang yang tidak mencintai kita.

Tak terasa masjid sudah dipenuhi dengan santriwati, hari ini jadwal Ustadzah Aisyah mengimami solat di masjid santriwati.

Untuk masjid ada dua, santriwan dan santriwati, jadi tidak mudah bagi santriwan dan santriwati bertemu.

***

Plaak

Satu tamparan mendarat mulus dipipi kiri Reno, Agus papanya Reno, tak segan untuk menampar putranya yang tidak menghargai istri barunya.

"Tampar paah... tampar, semenjak mama meninggal gak ada yang perduli lagi sama aku, mental aku sudah dihancurkan sama papa."

Mutiara hanya diam menyaksikan pertikaian antara orang tua dan anak ini.

Reno dan Mutiara sedan berada diluar, di kafe tempat yang Reno pesan untuk Mutiara menemani dirinya mengerjakan tugas.

Keduanya terlihat santai sambil menikmati angin malam, namun Agus datang dengan istrinya yang tak lain adalah mantan Reno.

Awalnya Agus mengajak Reno pulang dengan baik, namun Reno menolak dengan alasan tidak mau serumah dengan penghianat, mendengar hal itu berhasil memancing emosi Agus yang berakhir dengan sebuah tamparan.

"Mama belum pernah kasarin aku, orang yang melahirkan aku, menyapih aku, tapi papah malah berani membentak aku, tampar aku, bunuh aja sekalian biar aku sama mama."

"Renoo!" dada Agus naik turun, ia rindu keluarga kecilnya, ia akui ia bersalah.

"Muti mending kita pulang," Reno menarik tangan Mutiara yang masih mematung, ia yang dibesarkan di keluarga yang harmonis sungguh sangat syok dengan kejadian didepannya ini.

"Om kita pamit dulu... ta-tante," ucap Mutiara agak canggung, pasalnya Maya masih seumuran, namun juga statusnya yang kini menjadi ibu dari temannya ini.

Setiba di dalam mobil, Reno membawa ngebut mobil tersebut membuat Mutiara ketakutan, ia belum siap meninggal di masa muda.

"Reno, please berhenti... RENOO!!" ucap Mutiara yang diakhiri dengan nada tingginya.

Reno yang mendengar itu langsung membanting setirnya ke kiri, ia nge-rem mendadak, hampir saja kepala Mutiara kepentok ke depan, namun tangan kiri Reno menghalangi badan Mutiara dan tetap pada posisinya.

Mutiara bernafas lega, setidaknya dirinya masih hidup meski jantungnya ingin locat entah kemana.

Sedangkan Reno langsung memukul setir mobil dengan keras membuat Mutiara berteriak ketakutan.

"Reno... " lirih Mutiara, ia takut, ia hanya berdua dengan Reno, pikiran yang tidak-tidak muncul dikepala Mutiara.

Reno menatap manik Mutiara dalam, membuat Mutiara makin ketakutan, ia meneguk ludahnya kasar.

"Aku sayang kamu, aku gak bakal macem-macem sama kamu Muti, aku hanya butuh teman saja saat ini, maafin aku sudah buat kamu ketakutan."

Setelahnya, Reno membuang muka ke kanan, menatap jalanan yang begitu ramai, air matanya menetes tanpa diminta, sebegitu jahatkan semesta padanya. Dulu ia begitu bahagia, mama papanya saling mencintai, dirinya juga saling mencintai dengan Maya, namun siapa sangka, kekasih dan papanya selingkuh dan menikah, mamanya bunuh diri, lantas hidup bagaimana lagi yang bisa ia nikmati.

Mutiara melihat badan Reno bergetar, suara isakan kecil terdengar di telinganya, ia tau persis keadaan Reno.

"Menangis bukan berarti kamu lemah, menangis menandakan kalau kamu sedang  menikmati proses bahagiamu yang sedang dibentuk."

Kulit Reno putih bening sehingga merah dihidungnya terlihat sangat jelas saat ia sedang menangis.

"Nikmati prosesmu sebelum bahagiamu datang, kamu anak baik Reno, hanya saja kamu tertekan dengan keadaan."

"Jujur aku sempat takut melihat kamu kayak tadi, tapi aku sadar kalau kamu orang baik, jika ditanya kenapa keluarga kamu begini? Allah ingin menguji kamu, Allah rindu curhatan kamu."

Perlahan isakan yang Reno sembunyikan sedikit tenang, Mutiara pastikan kalau Reno mulai berhenti menangis, meski ia tak bisa melihat secara langsung wajah Reno yang melihat ke arah kanan.

"Aku hanya rindu Mama, bohong jika aku orang kuat, aku melihat sendiri mama yang waktu itu meninggal, aku sendiri melihat senyum bahagia papa saat menikah dengan perempuan itu, dan aku juga sendiri yang merasakan sakit itu setelah mama tiada."

Tangan Mutiara terangkat mengusap bahu Reno, setidaknya Reno sedikit tenang meski tidak sepenuhnya.

"Kamu masih ada kesempatan bahagia Reno, memang tidak mudah, tapi kenapa kamu tidak mencoba memaafkan papa kamu, bagaimanapun dia orang tua kamu, kamu harus ingat, kalau papa kamu tidak hanya menorehkan luka, tapi papa kamu pernah mengukir kebahagiaan dikeluarga kalian."

"Tidak harus sekarang, kamu butuh waktu untuk menyembuhkan semuanya."

"Kenapa?" tanya Reno yang kini menatap Mutiara.

"Apanya?"

"Kenapa kamu baik sama aku?"

"Seandainya aku punya alasan untuk berbuat jahat sama kamu, pasti aku akan jahat sama kamu, jadi orang baik kek gini capek, apalagi baiknya sama kamu yang bwandel poll."

"Hahahahaa," tuh kan Mutiara padahal gak ngelawak, tapi berhasil membuat Reno tertawa.

"Aishh jangan jatuh cinta sama yang lain Muti, sama aku aja, biar aku bahagiain kamu."

"Udah ayok pulang, aku ngantuk."

"Jam tuju? Kamu biasa tidur jam brapa Muti? Ini masih jam tuju loh?"

"Seharian aku gak istirahat Renoooo, banyak tugas, udah ayok pulang."

"Iya iyaa, bawel banget, pengen aku lamar kan bawaannya."

"Apaan sih."

***

Jangan lupa vote dan komen

Salam

Nuratus Syaibah
Call me mbak orenji

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang