Nalya memandang Wilan dan Laila bergantian, setelah kejadian tabrakan di koridor Nalya diminta ke ruangan sang dosen. Di sini lah mereka bertiga sekarang, depan pintu bercat cokelat kayu."Nggak ada yang mau nemenin gue masuk apa?" Nalya kini memelas, padahal sejak tadi dia semangat menumpati Afka. Sekalinya diminta ke ruangan pria itu Nalya malah ketakutan.
"Gue takut kena mental, lo aja sana!" Laila membalikkan tubuh Nalya menghadap pintu.
Walaupun ini pertama kalinya mereka diajar oleh Afka, tapi mereka sudah mendengar berbagai macam rumor tentang dosen muda itu. Afka sendiri baru mengajar di Fakultas Hukum ini selama 3 tahun.
"Doa in gue yah. Kalau misalnya ini hari terakhir gue, tolong kasih tau emak-bapak gue kalau gue sayang mereka." ucap Nalya mendramatis, Wilan memutar bola matanya malas.
"Masuk sendiri atau gue tendang lo masuk?" Geram Wilan yang sudah lelah berdiri di depan pintu menjadi penonton dua wanita yang penuh drama ini. Untung saja Saqif pergi menghadiri rapat BEM, kalau tidak dia mungkin sudah lebih dulu menggeplak kepala Nalya.
"Iya, nggak usah ditendang gue udah sakit ini gara-gara jatoh."
Tok tok!
"Masuk!"
Nalya meneguk salivanya susah lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan sang dosen. Baru saja masuk Nalya sudah merinding.
"Duduk."
Nalya yang sejak tadi termenung di depan pintu kini tersadar setelah mendengar ucapan Afka, tolong ingatkan Nalya untuk tetap sopan dan tidak mengumpat.
"Kamu mau terus berdiri di situ?"
"Oh, iya."
Nalya ikut duduk di sofa dalam ruangan, pria itu juga duduk dan berhadapan dengan Nalya.
Nalya tak lagi bersuara, sejujurnya dia ingin pura-pura pingsan saja saat ini. Mana kuat dia dengan keheningan serta suasana mencekam seperti ini?
"Tolong siapa aja, selametin gue dari sini!!!"
"Katanya mau pites kepala saya kalau ketemu," Afka menyindir sembari menyeringai menatap mahasiswi di hadapannya, Nalya tak berani menatap Afka.
"Kamu nyebut saya apa tadi? Kampret?"
Duarr!!
Bagai disambar petir di tengah langit cerah, Nalya semakin menundukkan kepalanya mendengar ucapan dosennya itu. Sepertinya Afka mendengar semua umpatan darinya, pikir Nalya.
"Apa begitu cara kamu menghormati kami sebagai dosen?"
"Apa kamu sudah merasa pintar sekarang?"
"Walaupun nilai kamu bagus tapi kalau etika kamu nol, semuanya akan terlihat mines di mata kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...