Akan ada perubahan waktu serta tahun yang dilakukan secara cepat, jadi mohon untuk membacanya dengan pelan agar kalian bisa paham alurnya.
__
Elma dan Ibrar memilih keluar rumah memberi waktu Nalya dan Afka untuk menyelesaikan persoalan mereka. Afka datang sendiri tanpa membawa Arania, mungkin ada sesuatu yang amat penting yang harus mereka berdua bicarakan.
Afka dan Nalya duduk saling berhadapan di ruang tamu dengan meja kaca yang menjadi penengah antara keduanya.
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabar tante Dania dan om Ahmad?" Nalya menjadi orang pertama pembuka obrolan. Afka masih dengan setia menatapnya dengan tatapan kerinduan.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri?"
"Seperti yang mas lihat, saya baik-baik saja."
Bohong, Afka tau Nalya berbohong. Mana mungkin wanita di hadapannya ini hidup dengan baik selama ini, terlebih setelah kematian Savian.
Afka tahu betul bagaimana dekatnya hubungan persaudaraan Nalya dan Savian, tentu berat bagi Nalya menjalani semua ini tanpa adanya Savian di sampingnya.
"Kamu sekarang tinggal di mana?"
"Di Palembang."
"Hm." Afka mengangguk, dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan tapi ketika wanita ini telah ada di hadapannya, Afka merasa semua itu tidak lagi perlu untuk dipertanyaakan.
"Saya tau mas masih punya banyak pertanyaan yang belum sempat diutarakan, kali ini saya bersedia untuk menjawab itu semua."
"Melihat kamu baik-baik saja sudah membuat perasaan saya menjadi lega."
Nalya mengerutkan dahinya bingung, bingung terhadap jawaban dari mantan suaminya itu. Ucapan Afka terdengar seolah dirinya sangat mengkhawatirkan keadaan Nalya selama ini.
"Kalau begitu, biar saya yang bertanya."
Nalya menggeleng pelan untuk menepis pikirannya itu, dia kemudian menegakkan bahunya, memandang Afka dengan wajah datar tak bersahabat.
"Apa yang Aran lakukan di rumah ini? Kenapa dia tinggal di sini?"
Afka sudah menduganya, Nalya pasti sudah bertemu dengan Aran. Tinggalnya Aran di sini akan jadi pertanyaan pertama yang Nalya lemparkan, mengingat setelah kepergian Nalya meninggalkan mereka, Nalya tidak tahu menahu perihal hubungan Afka dengan orang tua Nalya yang sudah membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...