"Gue lagi di rumah, mungkin besok baru balik ke sana. Kenapa emangnya?""Kunci kamar nggak gue titip sama Salsa, lo perlu banget emangnya?"
"Iya bambang! Gue butuh sekarang malah. Lo nggak bisa balik hari ini apa?"
"Ya udah gue balik hari ini, malem aja baru lo ke kos an."
"Iya, oke-oke."
Nalya meletakkan kembali ponselnya di atas meja belajarnya setelah panggilan berakhir, dia menerima telpon dari Wilan tadi. Afka yang juga ada di dalam kamar itu hanya menyimak pembicaraan Nalya.
Nalya langsung mengambil tasnya dan memasukkan kembali bajunya dan keperluan lain yang akan dia bawa kembali ke kos an. Harusnya dia masih memiliki 1 hari untuk libur namun Wilan sejak kemarin menelponnya untuk mengambil laptopnya yang dititip di kamar kos Nalya.
"Kamu mau pulang hari ini?" Afka duduk di atas ranjang sambil memperhatikan Nalya.
"Seperti yang bapak denger tadi, saya mau balik ke kos an sekarang. Bapak kalau masih mau tinggal yah saya duluan." Jawab Nalya kemudian berdiri dan meraih jaket, kunci motor dan tasnya.
"Saya juga pulang kalau begitu," Afka ikut berdiri dari duduk dan meraih ponsel serta kunci mobil di dalam laci nakas.
"Motor kamu simpan aja, kita ke kota naik mobil saya."
Keduanya kini berjalan menuju ruang tamu berbarengan, Nalya tak mendengarkan. Dia tetap berjalan dan pamit pada orang tuanya, di sana juga ada Savian.
"Aku mau balik ke kos an, aku pamit dulu yah." Nalya menyalimi Elma, Ibrar dan tak lupa juga pada sang kakak yang nampak terdiam mengamatinya sejak tadi.
"Motornya ditinggal?" Tanya Savian pada Nalya. Adiknya hanya menggeleng lalu berjalan ke arah belakang pintu untuk mengambil helm biru miliknya.
"Suami mu punya mobil, kenapa nggak bareng aja sih? Motornya tinggal aja di sini." Elma berusaha membujuk namun Nalya tetap menggeleng tak mau melepaskan motornya itu untuk ditinggal di rumah.
"Nggak akan di jual, mama janji." Elma menatap Nalya mencoba meyakinkannya.
"Nalya tetap mau naik motor, Nalya pamit. Assalamualaikum."
Nalya pergi setelah mengucapkan salam tanpa perduli sang ayah akan melayangkan protesnya juga, sedangkan Afka tak tau harus bertindak seperti apa. Dia tidak ahli dalam membujuk, jadi dia membiarkan saja Nalya pergi dengan motornya sedang dirinya akan mengawasi wanita itu dari belakang.
30 menit perjalanan, Nalya menambah kecepatan laju motornya sampai Afka yang mengendari mobilnya di belakang tak lagi bisa menemukan sosok Nalya.
"Nggak lagi aku kasih izin kamu pulang naik motor," ujar Afka sambil menggigit bibir bawahnya khawatir, bagaimana tidak khawatir kalau wanita yang sejak tadi dipantaunya itu beberapa kali membuatnya hampir jantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
Narrativa generaleKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...