Dentingan sendok yang berbenturan dengan piring menjadi suara yang mendominasi ruang kamar yang di isi oleh dua manusia ini, tak ada satupun kata yang keluar dari mulut keduanya hingga Afka selesai menyuapi makan malam untuk Nalya."Mau tambah?" Afka bertanya dan Nalya hanya menggeleng.
"Mas kenapa? Katanya ada yang mau diomongin setelah saya makan."
Afka menatap Nalya lama, dia sedang memikirkan kata yang pas untuk menjadi awal pembicaraan tanpa harus berakhir bertengkar dengan istrinya.
"Kalau misalnya kita ngadain syukuran di rumah bunda, menurut kamu gimana?"
"Syukuran dalam rangka apa?"
"Saya rasa, kita nggak perlu sembuyi tentang pernikahan kita lagi. Kejadian di kampus siang tadi pasti menjadi pembicaraan banyak orang," Afka tak pernah setakut ini berbicara dengan Nalya, namun entah mengapa dia tak bisa langsung mengatakan inti dari pembicaraan ini.
"Oh, soal mas gendong saya? Kita bisa bilang kalau kita itu punya hubungan keluarga, banyak alasan untuk membuat mereka percaya kalau mas dan saya nggak ada hubungan spesial."
"Bagaimana kalau ternyata kamu hamil, kamu masih tetap ingin bersembunyi?"
Nalya diam sejenak, wanita itu meneguk salivanya dengan susah. Afka sendiri memejamkan matanya, dia menghela nafas gusar sebelum akhirnya kembali bicara.
"Kamu hamil Nalya, hasil tes nya positif."
Tak ada respon dari Nalya, dia hanya diam mematung dengan pikiran yang tak terbaca. Afka bergeser lebih dekat dan menelus kepala Nalya dengan pelan, sejujurnya saat ini Afka merasa khawatir melihat raut wajah istrinya.
"Sayang?" Afka masih terus mengelus kepala sang istri sembari memanggilnya dengan lembut, Nalya masih tetap diam dan sesekali berkedip.
"Kenapa, apa yang kamu pikirkan?"
"Saya mau istirahat, mas bisa bergeser sedikit?" Bukannya menjawab pertanyaan Afka, Nalya malah meminta suaminya itu untuk memberi ruang lebih luas agar dirinya bisa berbaring dengan nyaman. Afka hanya bisa menurut tanpa mau menuntut penjelasan terkait pertanyaannya, Mungkin Nalya masih belum bisa bicara tentang hal yang kini mengganggu pikirannya.
***
Pukul 07:12 Pagi
Matahari sudah bersinar terang, tapi Nalya sama sekali belum beranjak dari tempat tidurnya. Wanita itu masih meringkuk di balik selimutnya, Afka sendiri sudah bangun lebih awal dari biasanya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena takut Nalya akan membutuhkan sesuatu, tapi ternyata istrinya itu tak terbangun di tengah malam.
Ceklek!
Afka masuk ke dalam kamar dan berjalan mendekat ke arah Nalya, setelah duduk di pinggir ranjang dekat Nalya, Afka mengarahkan tangan kanannya ke kening istrinya untuk mengecek suhu tubuh Nalya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...