45. Twins.

90.5K 6K 117
                                    

Semua orang menunggu dengan cemas di depan ruang operasi, Afka belum datang, bahkan sampai di tempat tujuannya saja belum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang menunggu dengan cemas di depan ruang operasi, Afka belum datang, bahkan sampai di tempat tujuannya saja belum. Afka memilih memutar balik mobilnya setelah mendapat telpon dari Dania kalau Nalya di larikan ke rumah sakit.

Di depan ruang operasi ada Dania, Ahmad yang tiba 10 menit lalu, ada juga Zalfa, Saqif, Wilan dan Laila. Sedangkan Ibrar dan Elma tidak terlihat di sana.

"Bunda!"

Semuanya menoleh ke arah suara, Afka datang dengan nafas memburu dan keringat yang terlihat di dahi. Sepertinya pria itu berlari masuk dalam rumah sakit setelah tiba di parkiran.

"Keadaan Nalya?" Afka tak punya kesempatan untuk memikirkan keadaannya sendiri atau bahkan memperhatikan orang-orang di sekitarnya, dia hanya perduli oleh satu orang. Yaitu istrinya, Nalya.

"Nalya masih di dalam, kondisinya yang lemah dan posisi bayi yang sungsang membuat Nalya tidak bisa melakukan persalinan normal, dokter menyarankan untuk melakukan operasi cesar." Jelas Dania membuat tubuh Afka merosot ke bawah dan terduduk di lantai.

"Nalya akan baik-baik aja, anak kalian juga."


Afka mengusap wajahnya dengan kasar, perasaannya campur aduk. Rasa sesal mendominasi karena dirinya tidak menuruti perasaannya untuk tetap tinggal bersama Nalya. Seandainya dia tidak pergi mungkin keadaan Nalya tidak akan seperti ini.

"Afka? Kenapa kamu nggak bilang kalau bayinya kembar?"

Afka tak minat menjawab pertanyaan itu, dia perlu untuk berpikir jernih sedangkan Dania masih tetap menunggu jawaban dari putranya.

"Savian? Ayah udah telpon Savian?" Afka mendongak menatap Ahmad dengan wajah lelah yang terpancar, Afka mengabaikan pertanyaan sang bunda dan beralih bertanya pada ayahnya.

"Nalya lebih butuh Savian dari pada Afka," gumamnya membuat Dania terdiam dengan helaan nafas panjang.

"Savian akan tiba di sini nanti malam." Afka mengangguk mendengar jawaban sang ayah, pria itu kemudian terdiam sembari terus bedoa dalam hati tentang keselamatan dan kesehatan Nalya serta anak mereka.

Sampai saat ini, Savian masih menjadi satu-satunya orang yang bisa membuat kecemasan Nalya mereda. Afka tak bisa berbuat banyak untuk itu walau dia sudah mencoba beberapa kali namun Nalya tetap tidak dapat mempercayai dirinya sepenuh hati.

Dania masih memandang Afka dengan perasaan tak tenang, dia ingin meminta maaf dan mengatakan sejujurnya mengenai kunjungan Elma tapi juga merasa takut kalau Afka marah padanya atas ingkar janjinya pada putranya itu.

"Afka?" Panggil Dania tapi Afka seolah bersikap tidak perduli.

"Af..."

"Afka lagi nggak mau bahas mama Elma atau apapun tentang alasan kenapa kami nggak ngomong soal anak yang dikandung Nalya, lebih baik bunda berdoa untuk keselamatan menantu dan cucu-cucu bunda." Afka menyela seakan paham bahwa sang bunda akan membahas mertuanya.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang