30. Hati Yang Kosong

108K 7.4K 63
                                    

"Harusnya mas nggak usah ke sini kalau lagi sibuk," Nalya berucap sembari memperhatikan Afka yang sedang memeriksa lembar jawaban dari hasil ujian kemarin di meja belajar dalam kamar sang istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Harusnya mas nggak usah ke sini kalau lagi sibuk," Nalya berucap sembari memperhatikan Afka yang sedang memeriksa lembar jawaban dari hasil ujian kemarin di meja belajar dalam kamar sang istri.

"Saya mana bisa tenang kalau belum lihat langsung keadaan kamu?" Jawab Afka tanpa menoleh pada Nalya yang duduk bersandar di ranjangnya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu kamar mengalihkan perhatian mereka berdua, Afka dan Nalya saling memandang seakan bertanya siapa yang mengetuk pintu. Nalya hanya mengedikkan bahunya acuh walaupun sebenarnya dia tahu siapa orang di balik pintu itu.

Afka kemudian berdiri dan membuka pintu. Di sana, Savian berdiri dengan santai menghadap Afka dan sedikit melirik Nalya yang memperhatikan mereka berdua.

"Gue mau ngomong berdua sama lo, bisa?" Tanyanya pada Afka, pria itu berbalik menatap Nalya untuk meminta tanggapan istrinya, Nalya hanya mengangguk setuju.
Keduanya kemudian pergi dari sana meninggalkan Nalya.

"Dek Yul, mau nggak ikut sama kak Nalya?" Nalya berucap pada anak kecil yang kini telah berdiri di sisi kiri ranjangnya.

"Dari pada di sini, nggak asik. Kak Nalya bakalan jarang pulang nanti," Nalya kembali bicara namun anak itu menggeleng, pertanda dirinya tak mau ikut dengan Nalya.

"Kenapa nggak mau?"

Anak itu menunjuk tas ransel hitam Afka yang masih tergeletak di lantai kamar.

"Takut di masukin dalam tas?" Tebak Nalya dengan anak itu kembali menggeleng.

"Terus? Takut sama tas hitam?" Lagi, anak perempuan itu menggeleng dan menepuk jidatnya mendegar ungkapan Nalya.

"Oh, takut sama yang punya tas?" Akhirnya, anak itu mengangguk.

"Sama sih, kak Nalya juga kadang takut!" Nalya tersenyum lebar diakhir katanya.

Anak itu hanya terus memandangi Nalya, tatapannya terlihat sedih. Nalya yang ditatap itu sedang berusaha menurunkan kaki kanannya menyentuh lantai, beberapa kali Nalya meringis ketika nyeri di lututnya itu terasa saat kakinya bergerak.

"Bisa-bisa gue kencing di celana kalau kaya gini, akh! Sakit banget!"

Nalya berjalan pelan dan tertatih-tatih menuju kamar mandi, panggilan alamnya tidak bisa lagi di tunda. Selagi Nalya di kamar mandi, Afka baru saja masuk ke dalam kamar dan tak menemukan Nalya di ranjang. Pria itu akan berteriak memanggil Nalya namun tak jadi setelah mendengar suara air dalam kamar mandi.

Tak lama menunggu, Nalya akhirnya keluar dari kamar mandi. Afka yang melihat Nalya kesusahan langsung saja menghampiri dan bersiap untuk menggendong Nalya namun istrinya itu menolak.

"Jangan, nggak usah. Lutut saya makin sakit kalau di tekuk."

"Kalau begitu pegangan sama saya," Afka mengulurkan tangannya pada Nalya untuk mempermudah Nalya berjalan kembali ke ranjang.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang