1 Tahun kemudian...
"Nalya! Itu telponnya bunyi terus, angkat atau abang bating ponsel kamu."
"IYA SABAR!!!" Nalya balas berteriak pada Savian yang sedang berada di ruang makan.
Nalya yang baru tiba dari kamar itu kemudian meraih ponselnya yang sejak tadi tergeletak di atas meja makan, Nalya terdiam memandang layar ponselnya yang menampilkan panggilan video.
"Siapa, Afka lagi?" Tanya Savian yang kini menyuapi sarapannya sambil memperhatikan Nalya.
"Hm, Nalya angkat telpon dulu. Mungkin penting," Nalya memilih pergi ke ruang tamu dan menjawab panggilan itu, menjauhkan telpon agar wajahnya bisa terlihat dengan sempurna pada layar.
Setelah Panggilan terhubung, wajah anak perempuan dengan pipi yang terlihat berisi itu menjadi pemandangan utama. Tak ada sapaan yang Nalya terima, hanya suara perkelahian antara laki-laki namun berbeda usia.
"Ania, kenapa sayang?" Nalya memilih bertanya lebih dulu membuat anak perempuan itu tersenyum kearahnya.
"Buna!" Panggilnya dengan senyum yang selalu Nalya rindukan, Nalya juga kini ikut membalas senyum manis putrinya.
Arania Adrina Fahreza, anak kedua Nalya dan Afka yang sempat mengalami kondisi yang mengkhawatirkan saat lahir itu kini telah tumbuh dengan sehat. Usianya saat ini sudah memasuki tahun ke 5 lebih 5 bulan , sedangkan kakaknya bernama Aran Haris Fahreza.
"Abang mana Ania?"
Anak perempuan itu beralih menatap ke sebelah kiri lalu kemudian dengan tangan kecilnya dia menunjuk ke arah kiri di mana anak yang Nalya cari sedang berdebat dengan ayahnya.
"Ayah! Itu rusak." Aran, anak laki-laki itu menatap sengit pada sang ayah. Dia sudah bisa mengucapkan huruf r dengan benar setelah mencoba ratusan kali dalam waktu 2 minggu, siapa lagi gurunya kalau bukan pak dosen Afka Hakim Fahreza.
"Nggak rusak, kepalanya memang bisa dicopot-copot."
Afka dengan iseng mencopoti bagian lengan dan kaki mainan itu membuat Aran semakin histeris.
"AYAH, MAINANNYA TAMBAH RUSAK!!!"
Hanya perkara mainan Barbie Arania yang kepalanya tidak sengaja tercopot karena terinjak Afka dan malah berakhir sang ayah yang dimarahi oleh anak laki-lakinya. Sebagai kakak yang baik, Aran selalu memastikan kalau mainan adiknya itu tetap terjaga dari tangan-tangan nakal seperti ayahnya.
"Abang sama ayah kenapa berantem?"
Nalya sudah hafal betul dengan kelakuan Afka dan Aran, keduanya memang selalu berselisih bahkan hanya untuk hal yang tidak penting sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...