Extra Chapter 2

64.9K 4.2K 298
                                    

Akan ada perubahan waktu serta tahun yang dilakukan secara cepat, jadi mohon untuk membacanya dengan pelan agar kalian bisa paham alurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan ada perubahan waktu serta tahun yang dilakukan secara cepat, jadi mohon untuk membacanya dengan pelan agar kalian bisa paham alurnya.


__


Bertempat di rumah Elma, Afka duduk di ruang tamu dengan Aran dan Arania di hadapannya.

Arania sedang mengobati luka di wajah kakaknya, sesekali Aran meringis ketika Arania dengan sengaja menekan lukanya.

Bukan hanya ada Afka dan anak-anaknya di ruang tamu, ada juga Ibrar dan Elma di sana. Afka beralih menatap kedua mantan mertuanya dengan perasaan bersalah, karena kelakuan Aran kali ini benar-benar membuat mereka kerepotan.

"Ania, bawa abang ke kamar." Perintah Afka dengan sedikit melirik pada mereka, Arania mengangguk lalu menarik lengan Aran untuk mengikutinya meninggalkan sang ayah bersama kakek dan neneknya.

"Sudah 4 bulan Aran tinggal di sini, tapi anak itu tidak juga berubah. Apa tidak sebaiknya dia dipindahkan ke pesantren?"

Elma membuka pembicaraan lebih dulu, sejak awal dirinyalah yang meminta untuk membawa cucu laki-lakinya itu ke pondok menimbah ilmu dengan harapan Aran akan bisa bersikap lebih baik jika di sana.

"Aran seperti itu sangat mirip dengan ibunya. Bedanya, Nalya tidak memberontak, dia masih tetap menurut meski dia tidak menyukainya." Ibrar berucap dengan senyum kecil dan mata yang mulai berkaca-kaca. Sejujurnya, Ibrar sangat merindukan putrinya itu.

"Nalya, entah kemana anak itu sekarang. Sejak kematian Savian Nalya menghilang begitu saja." Elma ikut menimpali, sudah lebih dari 10 tahun berlalu dan sampai saat ini kabar tentang Nalya tak pernah lagi mereka dengar.

"Afka?" Panggil Ibrar saat melihat keterdiaman Afka.

"Saya juga sedang mempertimbangkan untuk memasukkan Aran ke pondok, atau mungkin homeschooling. Itu lebih baik dari pada harus kembali pindah sekolah," Afka benar-benar lelah harus mengurus berkas kepindahan lagi, entah sudah berapa kali anak itu pindah dan Afka sangat berharap kali ini Aran tidak dikeluarkan.

"Aran hanya diskorsing 1 minggu, kamu tidak perlu memindahkannya dengan terburu-buru. Biarka dia tinggal di sini lebih lama, setidaknya kami bisa sedikit melepas rindu pada Nalya dengan hanya menatap wajah Aran."

Afka hanya bisa mengangguk untuk mengiyakan permintaan Ibrar, bagaimana pun Aran adalah cucu mereka dan Afka tidak mungkin tega menolak permintaan itu.

***

Setelah berbicara dengan Elma dan Ibrar, Afka mendatangi kamar Savian yang kini di tempati oleh Aran. Di bandingkan tidur di kamar Nalya, Aran lebih memilih tidur di kamar Savian.

Afka membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dulu. Ketika masuk ke dalam kamar, Afka mendapati Arania yang sedang duduk bersila di atas karpet dengan buku pelajaran yang ada di tangannya. Jangan tanyakan Aran, anak itu malah merebahkan diri sambil bermain game di atas ranjangnya.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang