40. Saya Bukan Nenek Jompo!!!

85.6K 5.6K 328
                                    

Mari lupakan kejadian semalam yang berakhir dengan makan malam di kamar Salsa dan tidur ber 6 disatu ruangan yang sama karena ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari lupakan kejadian semalam yang berakhir dengan makan malam di kamar Salsa dan tidur ber 6 disatu ruangan yang sama karena ketakutan.

Pagi ini, Nalya kembali kedatangan tamu. Bukan lagi datang sendirian, Afka kini datang bersama Dania serta Savian.

Laki-laki tidak diperkenankan masuk ke dalam kos an, maka dari itu Afka membawa Dania ke sana untuk masuk ke dalam kos an dan membujuk Nalya pulang bersama mereka hari ini. Sedangkan Savian, juga ikut untuk melihat keadaan adiknya sebelum dia pergi.

"Bunda boleh masuk nggak?" Tanya Dania hati-hati, Nalya menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk mempersilahkan Dania masuk ke dalam.

"Laki-laki dilarang masuk," kata Nalya yang terdengar seperti mengusir Afka.

"Saya tunggu di sini aja kalau gitu," bukannya pulang, pria itu malah bicara akan tetap di sana untuk menunggu.

"Terserah."

"Nalya?" Panggil Savian, Nalya menatap sang kakak yang kini tersenyum padanya.

"Nalya nggak bisa nemenin abang keliling, Nalya cuman mau tidur seharian."

"Nggak apa-apa, abang ke sini mau pamit. Siang ini harus ke Makassar," katanya. Nalya kemudian berjalan ke arah Savian dan memeluknya dengan lembut, Savian menepuk punggung Nalya dengan sesekali menelus kepala adiknya itu.

"Abang harus balik kerja, kalau ada apa-apa kamu bisa telpon abang."

Nalya mengangguk dalam dekapan Savian, rasanya tidak rela harus melepas pelukan hangat pria itu saat ini.

"Abang tau kamu bisa, abang tunggu kabar baiknya soal jenis kelamin ponakan abang."

"Nalya masih takut," gumamnya.

"Kamu nggak sendirian. Ada Afka, bunda Dania dan juga abang. Kamu bisa coba untuk mulai terbuka sama mereka."

"Nggak ada yang senyaman abang."

"Memang," ujar Savian percaya diri membuat Nalya tertawa kecil.

"Terimakasih sudah mau mengambil keputusan yang benar."

"Ini semua karena bang Savian."

Masih betah berpelukan, Savian melirik sekilas pada Afka. Pria itu terlihat tersenyum pahit, ucapan Nalya sepertinya kembali membuat Afka terluka.

"Andai yang kamu peluk saat ini bukan abang, sudah dipastikan laki-laki itu babak-belur dihajar Afka."

Nalya berdecak kesal menanggapi, kemudian mereka melepas pelukan satu sama lain.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang