"Sekali lagi selamat yah pak, bentar lagi nikah." Nalya berbicara sembari mengetikkan pertanyaan untuk soal UTS yang entah untuk semester berapa.Nalya kini berada di ruangan Afka, dia tadi membantu dosennya itu membawa setumpuk tugas makalah teman sekelasnya.
"Terimakasih," jawab Afka.
"Nanti kalau abis nikah, bapak jangan cuek-cuek sama istrinya. Saran saya aja sih."
"Kenapa?" Afka langsung menfokuskan atensinya pada Nalya yang duduk di sofa sana sedangkan dirinya di kursi kerja, Afka kini merasa tertarik dengan pembicaraan ini.
"Yah, jangan cuek nanti istrinya cari kenyamanan sama lelaki lain. Jangan juga ketus kalau ngomong, nanti yang ada dia takut dan ninggalin bapak."
"Begitu yah?"
"Iya lah, malah nanya." Afka menganggu mengerti, Nalya sepertinya tidak sadar akan dirinya yang kini mulai berbicara santai pada Afka.
"Saya boleh minta tolong sama kamu? Tapi ini di luar dari pekerjaan."
Nalya mengangkat pandangannya dari laptop dan menatap Afka yang juga fokus padanya sejak tadi.
"Apa pak?"
"Bisa temani saya untuk memilih cincin pernikahan saya?"
"Kenapa saya?" Nalya menunjuk dirinya sendiri sembari berbicara, dia merasa penasaran dan juga terkejut atas permintaan sang dosen padanya.
"Saya tidak tahu mengenai selera wanita."
"Harusnya bapak ngajakin calon istrinya," Nalya tidak habis pikir. Kenapa malah dirinya yang harus memilih cincin bersama Afka? Memangnya dia yang akan menikah dengan pria itu?
"Akan memakan waktu yang lama jika saya harus menunggu dia, lagi pula sepertinya jari tangan kalian mirip."
"Tau dari mana?" Nalya memandang tangan kanannya.
"Kamu ada matakuliah lagi hari ini?"
"Tidak ada pak, pak Marwan lagi di luar kota."
"Kalau begitu kita pergi sekarang."
"Tapi, ini belum selesai pak."
"Bawa saja laptopnya, kamu bisa mengerjakan itu di rumah."
Afka kemudian keluar dari ruangannya tanpa menunggu Nalya selesai membereskan barang, Nalya dengan buru-buru meraih tas dan membawa serta laptop itu untuk menyusul Afka.
"Bapak yang mau menikah tapi kenapa saya yang ikut repot?" Gumam Nalya ketika dirinya masuk ke dalam mobil Afka.
Nalya awalnya akan pergi menggunakan motornya dan akan mengikuti Afka dari belakang tapi dosennya itu menolak dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
"Kamu 'kan asisten saya." Jawab Afka.
"Pengen banget gue ngumpatin nih orang depan mukanya, tapi gue masih sayang sama nilai gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
Ficción GeneralKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...