Seminggu kemudian...
Ujian Akhir semester akan berakhir hari ini, ujian dilaksanakan sesuai kalender akademik. Khususnya para mahasiswa dan mahasiswi fakultas hukum USN Kolaka, mereka diwajibkan mengenakan pakaian kemeja putih dipadukan dengan rok/celana bahan kain berwarna hitam selama pelaksanaan ujian tanpa terkecuali.Mirip dengan orang-orang yang akan melaksanakan ujian CPNS. Walaupun begitu, para mahasiswa fakultas hukum USN menikmati itu tanpa merasa terganggu karena aturan yang berbeda dari fakultas lain.
10 menit itu terasa lama, soal matakuliah terakhir ini terasa lebih memusingkan dari beberapa matakuliah sebelumnya. Namun, Nalya masih mencoba untuk mencerna setiap pertanyaan dengan teliti.
"Kenapa Nal? Pucat begitu muka lo," bisik Laila yang memang duduk di sebelah kanan Nalya, ketimbang membaca soal ujian, Laila malah sibuk menatap ke segala arah dengan gelisah. Jarak kursi antara dirinya dengan Nalya tidak jauh.
"Pertanyaannya bikin pusing," jawab Nalya kemudian mengintrupsi Laila untuk fokus menjawab soal tanpa mengkhawatirkannya.
Nalya sebisa mungkin mencoba untuk tetap bertahan walau keringat dingin mulai bercucuran di dahinya, beberapa kali juga Nalya mengerjabkan matanya karena perasaan yang mulai tak nyaman.
Perasaan tidak enak itu bukan karena kebelat boker, tapi karena...
"Nal, Nal lo kenapa?" Laila berusaha mendekat dan menepuk bahu Nalya untuk menyadarkannya, tapi yang terjadi malah pulpen yang Nalya pegang untuk menulis itu kini jatuh ke lantai.
"NALYA!!?"
Laila berteriak panik, dia bergerak cepat berdiri dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Nalya yang hampir ikut jatuh ke lantai seperti pulpennya, tanpa perduli mereka tengah di dalam kelas dan sedang melaksanakan ujian untuk matakuliah terakhir. Semua orang mendadak panik, Wilan tanpa berpikir panjang malah berlari keluar kelas dan pergi mencari Afka.
Wilan berlari ke ruangan Afka dan masuk tanpa mengetuk pintu namun saat masuk Wilan tak menemuka Afka dalam ruangannya, Wilan kembali keluar dan berlari menuju ruangan staf tapi saat di tengah jalan Wilan berhenti.
"Wil, lo sama Saqif nyusul ke puskesmas yah!" Setelah bicara dengan sedikit berteriak, Laila kembali berlari menyusul Afka yang sedang menggendong Nalya dengan buru-buru.
Wilan belum sempat bertanya ke puskesmas mana mereka akan pergi namun, Laila sudah menghilang dari sana. Wilan yang akan kembali ke kelas kini dihadang oleh Saqif yang melemparkan sebuah tas hitam padanya tanpa aba-aba.
Hap!
Wilan menangkap tas hitamnya dengan gaya yang mirip seperti penjaga gawang dan permainan sepakbola.
"Kita pergi sekarang," Saqif jalan mendahului Wilan menuju parkiran berhadapan mereka bisa mengikuti mobil Afka dari belakang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...