***
"Oke, PASIEN SELANJUTNYA!!" Teriak Nalya yang duduk bersila di lantai teras rumah sembari memegang kertas yang berisi nama-nama teman sekelasnya. Nalya bertugas, mengabsen satu-persatu temannya untuk bertemu Afka perihal keberatan mereka tentang nilai yang diterima.
"Hasyim Muzakir!"
Laki-laki yang baru saja Nalya sebut namanya itu kini beranjak dari duduknya dan masuk menemui sang dosen.
"Dita gimana?" Wanita bernama Dita yang baru saja keluar dari rumah itu kini ikut duduk bersama mereka, yang lain memandang Dita penasaran dengan apa yang telah terjadi saat dirinya menghadap pada Afka.
"Ngeri! Pak Afka kata-katanya bikin orang kena mental," curhat Dita pada yang lain. Nalya hanya diam mendengarkan, dia sudah tahu bagaimana pedasnya mulut sang dosen ketika menasehati. Apa lagi, jika pria itu sudah menyinggung tentang orang tua dan kelakuan mereka sebagai mahasiswa.
"Bener, tadi pak Afka bilang gini ke gue, 'orang tua kamu susah payah menyekolahkan kamu sampai ke bangku kuliah. Tapi, hanya membalasnya dengan nilai yang bagus, kamu tidak bisa? Belum lagi kamu yang selalu terlambat menyetorkan tugas, menyontek dalam ujian, dan nilai kehadiran yang kurang. Kalau kamu tidak serius untuk kuliah, lebih baik berhenti sekarang.' gitu katanya," Amran menirukan gaya bicara Afka saat berbicara padanya tadi membuat teman-temannya yang belum masuk kini berpikir kembali.
Memang seharusnya mereka tidak melakukan aksi demo ini.
"Kalau gue, dikatain tukang copy paste. Tadi bahkan ditanya-tanya seputaran pelajaran, kalau 1 pertanyaan salah nilai gue dikurangi 1 poin. Gila, udah kaya kuis berhadiah tadi gue di dalem." Jazel ikut berbicara membuat Saqif yang berada di sebelahnya tertawa mendengar cerita dari Jazel.
"Udah tau pak Hakim kalau ngomong nyelekit, masih aja lo berani dateng ke sini buat demo" Wilan menimpali dengan wajah tenang, walaupun sebenarnya dia juga ingin protes tentang nilainya.
"Nal, lo istrinya pak Afka 'kan yah? Kenapa nilai lo anjlok juga?" Nindia menoleh pada Nalya yang duduk disebelah kanannya, sama dengan teman-temannya yang lain duduk melantai di teras rumah.
"Jangan lo pikir itu berpengaruh yah bangsat! Tanya noh sama dosen lo!"
Nalya berdecak diakhir kalimatnya, kertas absen tadi sesekali dia pakai untuk mengipasi wajahnya yang mulai merah karena kepanasan.
"Nal, pak Afka romantis nggak?" Cantika, wanita berhijab itu memandang Nalya penasaran.
"Romantis kaga, ngeselin iya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...