29. Ungkapan Perasaan

112K 7.5K 87
                                    

Nalya memandang Savian yang sedang menyuapinya makan malam, kakaknya itu selain pemarah dan mudah tersinggung, Savian juga orang yang selalu memperhatikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nalya memandang Savian yang sedang menyuapinya makan malam, kakaknya itu selain pemarah dan mudah tersinggung, Savian juga orang yang selalu memperhatikannya.

"Padahal Nalya masih bisa makan sendiri, kalau disuapin gini Nalya apa bedanya sama anak umur 9 bulan?" Ujarnya memecah keheningan, Savian tak berhenti menyuapi Nalya.

"Buka aja mulutnya, jangan banyak protes."

"Ck! Abang itu sekalinya manis bikin orang diabetes, pas dingin malah jadi membeku."

Savian meletakkan piring di atas nampan setelah menyuapi Nalya satu sendok terakhir, Savian tidak menanggapi ucapan Nalya dan malah memberikan segelas air minum untuk diteguk oleh sang adik.

"Bang Savian?"

"Hm," Savian berdehem dan meraih kembali gelas kosong itu dari Nalya.

"Abang kenapa? Ada masalah?" Nalya menatap kakaknya itu untuk meneliti raut wajah Savian yang masih terlihat tenang seperti biasa.

"Setelah ini, Nalya mau abang minta maaf sama mama." Savian tak menjawab, dia memilih cuek tak mau menanggapi Nalya.

"Abang nggak seharusnya ngomong gitu sama mama..."

"Terus, abang harus apa? Mama akan selalu kaya gitu kalau nggak ditegur. Udah cukup abang diem aja selama ini," Savian menatap wajah Nalya lekat.

"Dari pada kamu mikirin abang, lebih baik kamu pikirin suami kamu itu. Dari tadi hp kamu bunyi terus sampai telinga abang sakit dengernya," kata Savian membuat Nalya tersadar dengan keberadaan ponselnya di dalam laci nakas.

Savian meraih ponsel Nalya di dalam laci dan memberikannya pada sang adik, Nalya menatap layar ponselnya dengan puluhan panggilan tak terjawab dari Afka.

Menit berikutnya ponsel itu kembali berdering namun Nalya tak berani menjawabnya, Savian dengan cepat mengambilnya dari tangan Nalya dan menekan ikon pengeras suara setelah panggilan terjawab.

"Assalamualaikum, Nalya kamu di mana?" Pertanyaan itu Afka lemparkan setelah memberi salam pada sang pemilik ponsel.

Nalya melipat bibir ke dalam melihat tatapan mata Savian yang tak bersahabat, mendengar pertanyaan dari Afka membuat Savian sadar bahwa ada yang tidak beres atas kepulangannya Nalya ke rumah ini.

"Ini gue Savian, Nalya lagi di rumah mama." Ujarnya membuah Afka menghela nafas panjang, Nalya tak berani bicara dan membiarkan Savian yang menjawab setiap pertanyaan dari Afka.

"Nalya benar di rumah mama? Kapan dia sampai?"

"Tadi sore, Nalya memang nggak bilang mau ke sini?"

"Tadi pamit ke saya dia memang bilang mau pulang ke rumah, saya pikir rumah yang Nalya maksud adalah rumah kami jadi saya hanya mengiyakan aja."

"Nalya datang naik apa?" Tanya Afka kembali melanjutkan.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang