Di rumah kediaman orang tua Nalya. kakak Nalya satu-satunya, Savian. Sedang berbaring di ranjangnya dengan nyaman. Setelah memberi makan ikan cupang peliharaannya, Savian akan menghabiskan waktu dengan tidur. Kapan lagi dirinya bisa menikmati waktu bermalas-malasan ini?Drrtt... Drrtt...
Ponsel yang bergetar di bawa bantal membangunkan Savian dari tidur sorenya ini, Savian mengucek kelopak mata kananya yang terasa gatal dengan tangan kiri meraih benda persegi yang sejak tadi bergetar itu.
Savian menatap lama layar ponselnya yang menampilkan panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal, nomor itu tidak terdaftar di kontaknya.
Lama berpikir membiarkan panggilan itu berakhir begitu saja, Savian masih menatap layar ponselnya setelah panggilan itu tak terjawab 3 kali dan panggilan baru kembali masuk dengan nomor yang sama, barulah Savian menggeser ikon telepon itu ke arah kanan.
"Siapa yah?" Ujarnya tanpa memberi salam.
"Betul ini dengan bapak Savian?"
Savian menjauhkan ponselnya dari telinga untuk mengamati nomor itu, apakah yang menelpon ini adalah penipu?
"Kami dari puskesmas pak, mau mengabarkan kalau saudari atas Nalya Adrina Haris mengalami kecelakaan dan sedang berada di puskesmas..."
"Puskesmas mana?" Savian bangun dari ranjangnya tanpa berpikir panjang, setelah mendapat alamat puskesmas yang ternyata hanya berjarak 10 kilo meter dari rumahnya.
"Kamu mau kemana?" Elma, yang melihat Savian tergesa-gesa keluar dari rumah memilih mengikuti putranya itu menuju motornya.
"Ada urusan sebentar, aku pamit dulu assalamualaikum." Savian mencium tangan kanan Elma sebelum pergi, Elma sebenarnya ingin bertanya kembali untuk memastikan namun melihat wajah khawatir Savian tadi membuatnya mengurungkan niat, dipikirnya pasti Savian akan cerita nanti.
***
Sesampainya di depan puskesmas, Savian menatap 2 mobil ambulance yang terparkir. Ada banyak orang di sana padahal setau Savian puskesmas itu tidak biasanya sampai seramai ini, apa benar-benar ada kecelakaan serius barusan?Savian menghampiri seorang perawat untuk menanyakan keberadaan Nalya, takut-takut kalau telpon yang dia terima tadi hanya iseng. Tapi ketika dirinya ditunjukkan sebuah ruangan yang katanya di tempati oleh orang yang dia cari, Savian semakin khawatir. Bagaimana jika Nalya memang ikut menjadi korban karena kecelakan itu? Bagimana jika...
Ceklek!
Pintu terbuka dengan suara isak tangis terdengar jelas di telinga Savian, itu buka suara Nalya. Melainkan suara lelaki yang berucap disela tangisnya yang memilukan.
"Buka mata kamu, jangan tinggalin saya kaya gini!" Katanya membuat Savian mengusap wajahnya gusar, dia ingin masuk namun dirinya takut menerima kenyataan jika orang yang ditangisi pria itu adalah adiknya, Nalya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...