43. Kelas Terakhir

86.8K 5.7K 111
                                    

Beberapa Bulan Kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa Bulan Kemudian...

Nalya memandang malas pada Afka yang duduk di sebelah kanannya, mereka sedang berada di ruang makan, di atas meja sudah terhidang beberapa piring dengan isi yang sama. Yaitu, telur goreng mata sapi.

"Makan ini aja, apa susahnya? Ayah baru aja pulang dari kantor," Nalya sudah beberapa kali menasehati tapi Afka tetap saja menolak dengan alasan itu bukan seleranya.

"Saya mau telur mata sapi dengan kuning telur yang tidak matang, juga dengan bentuk bulat yang sempurna tanpa menggunakan cetakan."

Tolong ingatkan Nalya untuk tetap sabar dan tidak mengumpat kali ini!

Tapi Afka memang benar-benar ngeselin!

Afka bukan hanya menguji kesabar Nalya hari ini, tapi juga kedua orang tuanya. Tadi, pagi-pagi buta pria itu menggedor pintu kamar orang tuanya hanya untuk meminta bunda Dania membuatkannya nasi goreng petai. Tidak berhenti di situ, pria itu bahkan meminta ayah nya pulang ke rumah dengan cepat pada saat jam makan siang hanya karena ingin makan telur goreng mata sapi buatan sang ayah.

Ingin rasanya Nalya menyahutinya dengan menawarkan mata ayam saja ketimbang mata sapi.

"Kemarin minta makan siomay di pinggir pantai sambil kehujanan, sekarang mau makan telur mata sapi. Besok apa lagi?" Nalya memegangi kepalanya merasa pusing tiba-tiba, suaminya mengidam sejak kemarin dan entah sampai kapan siklusnya berakhir.

Afka yang berada tepat di sebelah Nalya tak menyahuti pertanyaan wanita itu, dia malah menatap fokus ayahnya yang sedang sibuk di depan kompor.

"Pak Ahmad ini bikin telur goreng aja nggak bisa, ah payah!"

Bukan Nalya yang dikatai oleh Afka tapi malah wanita itu yang tersulut emosi, tengannya sudah terkepal erat ingin menghajar Afka. Sampai pada akhirnya...

Plak!

Pukulan dari belakang menggantam kepala Afka, walau tidak begitu menyakitkan tapi mampu membuat wajah Afka mendarat di piring yang ada di hadapannya.

"Mampus, rasain tuh!" Ujar Nalya dengan semangat.

Dania yang baru kembali dari membeli telur ayam 1 kilogram itu langsung menghadiahkan pukulan pada putranya, kesabaran Dania hampir habis hari ini karena Afka.

"Bunda..." Rengekannya pada Dania yang sama sekali tidak perduli dan melenggang pergi menuju dapur.

Ahmad yang menghampiri meja makan tak mampu menahan tawa melihat wajah Afka yang penuh minyak dan mata sebelah kiri penuh dengan kuning telur.

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang