"Istilah Pengantar Hukum Indonesia (PHI). Ada tiga kata dalam istilah, yaitu..."Nalya masih menulis setelah 40 menit berlalu, walaupun sesekali dia meringis karena luka tangan yang terasa nyeri. Dia masih berusaha menyelesaikan tugasnya dengan 3 lembar kertas lagi yang masih kosong.
Nalya tak punya pilihan selain membungkus kembali luka itu agar darah tak sampai mengotori kertasnya, sesekali wanita itu juga meletakkan pulpen dan berhenti sejenak dari aktifitas menulisnya. Bersyukur Afka tidak ada di dalam kamar jadi dirinya bisa fokus menulis.
Nalya menatap jam di dinding yang kini menunjukkan pukul 3 sore, dia melewatkan makan siangnya. Sebentar lagi entah Afka atau Dania pasti akan muncul dari balik pintu kamar.
Ceklek!
Suara pintu kamar yang dibuka terdengar jelas ditelinga Nalya, wanita itu dengan cepat kembali menulis tanpa perduli siapa yang masuk ke dalam kamar dan tak mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Tata hukum yang berlaku pada suatu tempat..."
"Nalya?" Panggilan itu membuat Nalya tak menghentikan aktivitasnya, dia memilih menghiraukan orang itu yang tidak lain adalah Afka.
"Dan waktu tertentu disebut..."
"Waktunya makan malam."
"Nanggung, bentar lagi selesai." Nalya menjawab tanpa berbalik menghadap Afka, pria itu sampai menghela nafas gusar dibuatnya.
Pria itu memilih menunggu beberapa menit.
***
1 jam kemudian...
Afka yang sejak tadi memilih duduk di pinggiran kasur kini beranjak mendekati Nalya yang sedang menulis di meja kerjanya, hal pertama yang Afka dapati saat berdiri di samping kiri Nalya adalah perban yang sejak tadi membungkus luka itu kini berwarnah merah.
"Berhenti menulis Nalya," Peringat Afka tapi Nalya tak mengindahkannya.
"Saya bilang berhenti menulis Nalya, apa kamu tidak dengar?" Geramnya yang kemudian merebut pulpen itu dari tangan sang istri.
"Tugas kuliah saya belum selesai, sisa 2 lembar lagi."
Nalya berbalik dan mendongak menatap Afka yang berdiri di sebelahnya.
"Lupakan masalah tugas, kamu tidak lihat tangan kamu sampai berdarah begitu?"
"Tugas tetap tugas, saya nggak mau nanti karena nggak ngumpulin ini nilai saya jadi bermasalah."
Afka berdecak kesal mendengar jawaban itu yang seakan menyindirnya, Nalya kemudian beralih menatap kertas yang dia tulis sejak tadi.
Pria itu kemudian berlalu ke kamar mandi, tak lama setelahnya Afka kembali dengan kotak P3K di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
Ficção GeralKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...