"Laila, coba tepuk pipi gue. Gue yakin gue salah liat kali ini," Wilan berucap dengan pandangan mengarah pada Nalya yang baru saja keluar dari mobil di bantu oleh Afka tepat di depan gedung fakultas hukum.
"Itu beneran Nalya? Kok bisa semobil sama pak Hakim?" Wilan kembali bertanya pada Laila yang berdiri di sebelahnya sejak tadi.
Suasana kampus ini masih terbilang sepi, tapi Wilan dan Laila sudah berada di sini beberapa menit lalu.
"Nalya!?" Teriakan Laila membuat Wilan menutup telinganya dengan refleks, Nalya yang diteriaki kini ikut memandang Wilan dan Laila bergantian.
"Kenapa lo..."
"Nalya habis kecelakaan, bisa tolong bantu dia ke kelas?" Afka menyela ucapan Wilan saat pria itu akan menyerang Nalya dengan pertanyaan kenapa, mengapa dan bagaimana?
"Iya pak, terimakasih udah nebengin Nalya di mobil bapak."
Afka mengangguki ucapan Wilan dan kembali ke dalam mobilnya. Sembari Laila memapah Nalya untuk membantunya menuju kelas, Wilan di belakang mereka membawa kedua tas wanita itu dengan wajah tak ikhlas.
"Gue kira ada kejadian apa sampai lo pake rok ke kampus, ternyata abis kecelakaan?" Wilan berbicara namun Nalya hanya mendengus menanggapi.
"Kalau masih sakit kenapa harus ke kampus Nal?"
"Gue bosen kalau cuman diem doang di rumah," Nalya sedikit melirik wajah khawatir Laila yang masih setia memapahnya.
"Nal, gue rasa lo perlu ngomong sama Saqif sekarang."
Nalya hanya mengangguki perkataan Laila sembari terus berjalan menuju kelas. Awalnya, Nalya mencoba untuk tidak perduli lagi pada Saqif, terserah jika dia tak lagi mau berteman dengannya, Nalya tak mau ambil pusing lagi. Tapi, Laila beberapa hari ini membujuknya untuk menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin dan Laila telah mengatur waktu untuknya mengobrol dengan Saqif di dalam kelas sebelum matakuliah pertama mereka hari ini akan di mulai.
Di sana, di dalam kelas sudah ada Saqif yang duduk di bangkunya dengan buku yang ada di tangan kanannya.
"Gue bisa sendiri, makasih."
Nalya menurunkan lengan kananya dari bahu Laila lalu kemudian berjalan mendekati Saqif dengan tertatih-tatih.
"Saqif?" Panggil Nalya namun Saqif tak menanggapinya.
"Gue abis kecelakaan, lo nggak kasian apa sama gue?"
"Kenapa lo ngadu ke gue?" Balas Saqif menatap Nalya dengan datar. Ekspresi wajah itu, Nalya amat benci ekspresi wajah Saqif yang amat menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...