Nalya berlari keluar dari kamar Afka, dirinya tak tahan melihat tingkah sang suami yang tak hentinya membuat jantung Nalya berdetak cepat.Setelah berucap manis, pria itu bahkan dengan berani melangkah mendekatinya seperti hewan buas yang telah menemukan mangsanya. Nalya yang takut memilih pergi dari sana dengan langkah seribu.
"Hampir aja!" Ucapnya sembari mengelus dada ketika dirinya tiba di ujung tangga lantai dasar.
"Assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam, tante Nia?" Nalya berjalan menghampiri Dania, mengambil tangan wanita setengah baya itu untuk disaliminya.
"Panggil bunda sayang, jangan tante lagi." Peringat sang mertua membuat Nalya menyengir.
"Udah dari tadi datangnya?"
"Sejam yang lalu mungkin, b-bunda dari mana?" Nalya dan Dania kini duduk di ruang tamu untuk mengobrol.
"Habis ketemu teman arisan, dari kemarin loh bunda tungguin tapi kamu malah nggak ke sini. Nginep di mana kemarin?"
"Di kos an bun," Nalya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari terus menyengir.
"Suami mu sampai telpon mama Elma untuk minta alamat kos an karena khawatir kamu belum sampai," jelas Dania membuat Nalya akhirnya paham dari mana Afka tau alamat kos nya.
"Kamu udah makan?"
"Belum."
"Temani bunda masak mau? Kita masak makanan kesukaan ayah dan Afka hari ini."
Nalya dan Dania kemudian beralih ke dapur, mereka sibuk menyiapkan bahan masakan sambil mengobrol dengan asik.
"Nalya cuman bisa masak mie instan, tahu-tempe, sayur bening sama apa lagi yah? Oh iya, bakwan jagung. Nalya paling suka itu."
Dania tertawa kecil mendengar celotehan Nalya, impiannya untuk memiliki anak perempuan kini telah terwujud. Dania bahkan sejak kemarin ingin terus bersama Nalya dan berniat untuk pergi berbelanja bersama kapan-kapan.
"Suami mu juga suka makan bakwan jagung, seminggu sekali pasti dia minta dibikinin."
"Dia memang banyak mau yah bun?"
Dania menatap Nalya setelah mendengar ucapan sang manantu, dirinya tahu jelas bahwa Afka dan Nalya tidak begitu dekat jadi wajar jika pertanyaan itu Nalya lontarkan.
"Hm, dia banyak mau, cereweti, dia juga manja dan tidak suka dibantah."
"Beh, kalau yang terakhir itu udah makanan Nalya tiap minggu di matakuliahnya, awal ngajar aja dia ngasih tugas makalah. Nalya yang niatnya mau ke toilet malah berakhir disuruh kumpul tugasnya besok, padahal Nalya nggak salah apapun loh bun. Belum lagi setiap Nalya nggak nurut, pak Hakim selalu ngancem buat kasih nilai D."
"Pak Hakim?" Dania mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar panggil dari sang mahasiswi untuk putranya itu.
"Iya, Nalya panggilnya pak Hakim. Karena selain nama tengah beliau memang Hakim, dia juga selalu menghakimi kami dengan tugas dan waktu pengumpulan yang nggak masuk akal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...