"Kamu bisa membela diri sebelum saya mengambil keputusan." Afka mengehela nafas setelah bicara, Nalya sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya bahkan untuk menyahuti ucapan pria di hadapannya itu.
Saat ini keduanya sedang berada di ruangan Afka, Nalya yang memang menjadi asisten dosen pria itu mau tak mau harus menghabiskan banyak waktu di ruangan ini untuk membantu pekerjaan sang dosen. Namun kali ini Nalya di panggil bukan untuk di beri tugas, melainkan di marahi.
"Kalau kamu masih tetap tidak mau bicara, saya akan memberi nilai D di matakuliah Pengantar Hukum Indonesia."
"Jangan pak!" Nalya dengan cepat mendongak menatap wajah Afka, ancaman tentang nilai memang selalu berhasil membuat Nalya bicara.
Bagaimana tidak takut kalau matakuliah itu memiliki 4 sks, jadi kebayang bagaimana repontnya nanti jika Nalya mendapat nilai D yang artinya dia harus mengulang matakuliah itu lagi hanya untuk mempebaiki nilainya yang bermasalah.
"Kenapa bisa terlambat? Dari mana saja kamu kemarin? Kenapa telpon saya tidak diangkat? Kamu menginap di mana?" Rentetan pertanyaan itu Afka lemparkan pada Nalya, kesal rasanya pria itu karena Nalya yang bahkan terlihat bersikap seolah tak terjadi apa-apa kemarin sedangkan Afka sampai kesulitan tidur karena khawatir apakah Nalya sudah tiba dengan selamat atau malah sebaliknya?
"Tanyanya satu-persatu pak, saya bingung mau jawab yang mana dulu."
Tak ada balasan dari Afka, Nalya kembali menunduk dalam hati memanjatkan doa semoga matakuliah berikutnya cepat di mulai agar dirinya bisa keluar dari sini sekarang.
"Kalau begitu, saya kasih kamu tugas."
Nalya berdecak kesal ketika mendengar dirinya malah berakhir di beri tugas hanya karena tidak menjawab pertanyaan barusan? Wah, luar biasa memang dosennya ini.
"Buat catatan dengan judul materi perkuliahan yang tadi kamu lewatkan sebanyak 6 lembar."
Nalya menatap Afka dengan tatapan terkejut, dirinya baru akan membuka mulut untuk bicara namun Afka menyelanya.
"Tulis tangan."
"Tap..."
"Di kertas polio."
"Itu ter..."
"Tanpa mengosongkan satu baris pun."
Nalya menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan Afka, tugasnya kali ini bukan lagi main-main. Buat catatan sebanyak 6 lembar, di tulis tangan dan tanpa mengosongkan satu baris pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...