Pukul 09:12
Nalya baru saja tiba di parkiran fakultas hukum kampus USN, Nalya turun dari motornya setelah melepaskan helm. Walau pun dengan tidak semangat dia tetap harus menjalankan hari ini, mengingat tadi malam dia kena gebukan sapu lidi serta jeweran di telinga.
"Heh!" Teriakan seseorang menghentikan langkah Nalya yang akan meningkatkan area parkiran, Nalya menoleh mencari seseorang yang tadi berteriak.
"Kenapa pak?" Tanya Nalya ketika melihat Afka baru saja keluar dari mobilnya, Nalya menghampiri Afka setelah pria itu melambaikan tangan memanggilnya.
"Sini, tolong bawa ini ke ruangan saya," katanya menyerahkan tas ransel hitam pada Nalya.
"Kenapa nggak lo bawa sendiri aja sih? Bikin repot orang aja!" Nalya hanya mampu mengatakannya dalam hati, mana berani dia bicara langsung. Terlebih pada seorang dosen yang tidak suka diprotes ini.
"Iya pak," Nalya menurut saja. Dia membawa tas itu dengan langkah cepat ke lantai 2 ruangan Afka, kemudian setelah itu dirinya kembali lagi ke lantai 1 di mana kelas baru saja di mulai.
Pintu ruang kelas di biarkan setengah terbuka menampakkan seorang dosen wanita setengah baya telah duduk di kursinya sembari menatap para mahasiswa, Nalya memberanikan diri untuk membuka pintu lebih lebar dan ketika tatapannya dengan sang dosen bertemu Nalya tersenyum lalu di biarkan masuk ke dalam kelas.
"Terimakasih bu," ujar Nalya yang di angguki oleh sang dosen.
"Baik, kita mulai perkuliahan hari ini."
***
"Jadi bagaimana keputusan kamu Nalya?"
Nalya menghela nafas kemudian menatap wajah ibu Salma dengan perasaan tak enak hati, Nalya menghadap pada sang dosen ketika kelasnya selesai untuk membahas tentang tawaran ibu Salma untuk menjadikannya sebagai asisten.
"Saya minta maaf bu, baru saja kemarin pagi saya mengiyakan pak Afka untuk menjadi asisten beliau."
"Ya sudah tidak apa-apa."
"Kalau tidak ada lagi, saya permisi kalau begitu bu. Assalamualaikum"
"Iya, waalaikumsalam."
Nalya keluar dari sana dan menemukan Wilan dan Laila yang sejak tadi menunggunya di depan ruangan.
"Apa kata bu Salma?" Tanya Laila.
"Nggak apa-apa katanya, kalian mau makan dulu atau gimana?"
"Nanti aja deh, kita nungguin lo aja selesai dari ruangan pak Hakim." Jawab Laila yang ikut diangguki oleh Wilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...