Ting!
Suara notifikasi membuat seorang wanita yang sedang menenguk air putih itu meraih ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidurnya.Kelas C
F. HukumSaqif
Kalian ke kampus, kelas akan di mulai. SE. KA. RANG!Uhuk!
"Mampus!"
Nalya Adrina Haris Ibrar. Mahasiswa semester 5 yang kini sibuk memasukkan buku ke dalam tasnya setelah membaca pesan dari grup kelasnya.
Libur telah berakhir, semester baru telah dimulai. Baru saja kemarin Nalya tiba di kos an. Yah, Nalya Adrina Haris Ibrar ini merupakan anak rantau, sudah 2 tahun lebih dirinya di kota ini untuk berkuliah. Dia hanya akan pulang ketika libur semester.
Kos-kos an yang di tempati merupakan sebuah rumah yang cukup besar dengan 6 kamar yang disewakan, Nalya bahkan hanya pernah bertemu 1 kali dengan ibu pemilik kos ini. Namun begitu, tiap bulan dia harus melakukan pembayaran kos via transfer.
Nalya keluar dari kamar dengan tergesa-gesa, rambut yang tadinya rapih kini mulai kembali berantakan.
"Mba Nal, telat lagi?"
Nalya yang baru saja akan keluar berpapasan dengan Ulfa, salah satu penghuni kamar yang juga merupakan adik tingkat Nalya di kampus.
"Iya nih, duluan yah!?" Nalya menjawab dengan sedikit berteriak membuat Ulfa menggeleng pelan. Dia sudah biasa melihat katingnya seperti itu, hampir setiap hari malah.
Nalya berlari dengan sekuat tenaga meninggalkan kos an membuat Salsa yang melihatnya dari balkon kamar lantai atas kini turun menghampiri Ulfa yang berada di dapur.
"Nalya kenapa?" Salsa berdiri tak jauh dari Ulfa.
"Biasalah mba, terlambat."
"Kenapa nggak naik motor? Padahalkan dia punya motor?" Ulfa berbalik memandang Salsa tak percaya, Salsa yang dipandang malah menganggukkan kepala.
"Astaga mba Nalya!!!"
***
Nalya telah tiba di lantai 2 fakultas hukum, nafasnya terengah-engah akibat berlari. Untung saja jarak dari kos ke kampusnya HANYA 500 meter.
"Huftt...." Nalya menghembuskan nafas beberapa kali sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sejak tadi telah tertutup.
Tok tok!
Tak ada sahutan dari dalam, Nalya hanya mendengar suara beberapa orang yang sedang mengobrol. Dengan cepat Nalya membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi dalam ruangan itu.
Ceklek!
"ANJ*NG!!" Umpatnya tak tahan ketika pintu terbuka dan menampilkan teman-temannya yang masih santai mengobrol dan kini beralih menertawakannya tanpa rasa kasihan.
"Gila! Gue udah bela-belain lari dari kos ke kampus gara-gara gue pikir gue telat. Kampret emang lo!" Nalya menumpati Saqif yang tak hentinya tertawa melihat penampilan Nalya yang amat berantakan.
"Anggap aja olahraga pagi Nal," jawab Saqif yang kembali menutup pintu. Entah siapa lagi yang akan datang setelah ini karena masih banyak kursi kosong dalam ruang kelas.
Nalya berjalan mengambil duduk di sebelah Wilan.
"Nih minum dulu, baik 'kan gue?" pria itu menyodorkan air minum dalam kemasan botol mini pada Nalya karena tahu temannya itu pasti kehausan.
"Tau aja, thanks." Nalya menenguknya hingga tandas membuat Wilan tertawa kecil.
Brak!
Suara keras akibat pintu yang terbuka paksa membuat semua orang dalam ruangan menatap sang pelaku, mereka semua diam beberapa saat untuk mencerna situasi.
"Sialan!" Umpatan kembali terdengar dari orang yang baru saja tiba, korban prank setelah Nalya ini mah.
"Abis kecebur di mana lo?" Tanya Yasra pada pria yang baru saja datang dengan rambut yang masih basah.
Jazel memandang tajam ke arah Yasra dan Saqif bergantian, ingin rasanya pria itu melayangkan kepalan tangan ke arah Saqif akibat bercandaannya yang tidak lucu sama sekali.
Bukan tanpa alasan Saqif melakukan hal itu, Saqif sudah mempelajari semua kebiasaan teman-temannya dari semester 1 sampai 4 dan beberapa kali dirinya menjadi sasaran omelan dosen-dosen pengajar di kelasnya akibat teman sekelasnya yang terlambat masuk. Jadi mau tidak mau Saqif harus lebih mendisiplinkan teman sekelasnya agar tak kembali kena marah para dosen di semester ini. Atau setidaknya menghilangkan julukan kelas pemalas yang diberikan oleh para dosen.
Saqif bisa aja memilih untuk tidak perduli soal kebiasaan terlambat teman-temannya, kalau semisal yang terlambat hanya 3-5 orang. Lah ini? Mereka selalu kompak terlambat 1 kelas sampai membuat dosen pengajar harus menunggu mereka semua dan berakhir nilai mereka yang akan bermasalah.
"Apes banget gue. Rambut masih basah, kaos kaki masih ditenteng. Belum lagi dari depan gedung Rama gue dikatawain." Jazel mengomel sembari duduk di meja dosen dalam ruang kelas untuk memasang kaos kakinya. Teman-temannya hanya bisa tertawa, belum lagi beberapa orang yang juga masuk dengan keadaan terengah-engah.
"Kelasnya udah selesai?" Tanya teman lain yang baru saja masuk. Disusul dengan datangnya seorang pria dewasa yang masuk dan membuat semua mahasiswa duduk di kursi mereka.
"Baik, kita mulai perkuliahan ini dengan membahas kontrak pembelajaran di matakuliah saya."
***
"Baru pertemuan pertama loh ini, udah di kasih tugas aja." Nalya berjalan menuruni tangga dengan Wilan, Laila juga Saqif.
Kelas pertama sudah selesai dan mereka memilih ke kantin bu Wati yang letaknya berada di belakang gedung Fakultas Hukum. Nalya terus melayangkan protesnya dan Saqif masih memilih diam.
"Belum lagi waktu kumpulnya besok, di mana dia nggak punya jadwal ngajar di kelas kita."
"Gila tuh dosen!" Nalya kembali mengumpat, entah sudah yang keberapa kalinya.
"Kalau ketemu gue tuh bapak-bapak, gue pites kepalanya." Nalya terus mengomel merasa tak terima dengan apa yang terjadi di kelas tadi.
Bagaimana tidak, dosen yang tadi masuk ke dalam kelasnya langsung memberikan tugas dipertemuan pertama. Nalya yang mengangkat tangan untuk meminta izin ke toilet malah dipikir ingin protes dan berakhir diminta mengumpulkan tugasnya besok pagi jam 10. Khusus Nalya, sedangkan yang lain diberi waktu 3 hari.
"Gak boleh gitu Nal, kena karma nanti" Saqif memperingatkan Nalya yang kini berbalik menghadapnya dengan kaki kini melangkah kebelakang menyusuri koridor.
"Gue ngangkat tangan karena mau pipis padahal, eh malah dikira mau protes. Gila!"
"Nal, hadap depan." Wilan ikut bicara seakan memberi kode pada Nalya, namun wanita itu serus melangkah kebelang dan tak henti bicara.
"Dasar pak dosen kampret!"
Buk!
"Aduh!" Nalya mengaduk kesakitan tatkala lututnya harus mendarat mulus di lantai akibat punggungnya menabrak sesuatu. Nalya menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang dia tabrak serta mengucapkan kata penyesalan karena tak mengindahkan ucapan Wilan tadi.
"Sor...ry, pak?"
"Dobel mampus!"
Nalya kini hanya mampu mengumpat dalam hati ketika melihat siapa yang baru saja dia tabrak, yang tidak lain adalah orang yang sejak tadi dia umpati.
Afka Hakim Fahreza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Hakim - (ngeselin!)
General FictionKalau kata Nalya, pak Afka itu cocoknya dipanggil pak Hakim. Karena, selain nama tengahnya memang Hakim, pria itu juga selalu menghakiminya dengan tugas dan waktu pengumpulan yang tidak masuk akal. "Pak?" "Kumpulkan tugas makalah kamu besok." "Tapi...