36. Kita Akan Bercerai

107K 6.5K 143
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 hari berlalu dengan Nalya yang tak pernah keluar rumah sama sekali. Beruntung UAS di fakultasnya telah selesai, jadi Nalya tak khawatir lagi tentang absensi kehadirannya.

Nalya masih saja sama, tak banyak bicara dan hanya diam ketika bersama Afka. Seperti saat ini, Nalya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan Afka yang berada di sebelah kanan terus menatapnya.

Nalya kehilangan ekspresi wajahnya, tak lagi ada senyum lebar di bibir wanita itu, Afka sendiri tak tahu bagaimana cara membuat Nalya bicara padanya tentang perasaan dan kekhawatiran yang Nalya alami. Afka ingin Nalya berbagi cerita padanya tapi, sampai hari ini Nalya tetap diam.

"Savian sebentar lagi sampai," kata Afka memecah keheningan, Nalya dengan spontan menoleh ke arahnya untuk meminta penjelasan.

"Kamu pasti punya banyak hal yang perlu dibicarakan, tapi bukan dengan saya."

Nalya hanya mampu diam dengan perasaan bersalah, ucapan Afka barusan berhasil membuatnya berpikir bahwa dia adalah orang yang jahat.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum," seseorang memberi salam setelah mengetuk pintu rumah yang sejak tadi memang terbuka, untuk menyadarkan Nalya dan Afka, bahwa ada orang lain di sana yang berdiri menunggu dipersilahkan.

"Waalaikumsalam," jawab Nalya dan Afka bersamaan mengalihkan pandangan mereka menatap seorang pria yang kini masuk ke dalam rumah dan berdiri di hadapan mereka.

"Nalya?" Panggil Savian yang tersenyum lebar dengan tatapan mata sendu, Nalya secara sadar berdiri dan langsung memeluk Savian begitu erat.

"Abang di sini, untuk kamu."

Savian membalas pelukan Nalya dengan tangan mengelus kepala belakang Nalya dengan lembut, tatapan mana Savian bertemu dengan Afka yang hanya bisa terdiam memandangi mereka.

Kini, air mata yang Nalya tahan sejak beberapa hari lalu akhirnya tak lagi bisa dibendung, Nalya menangis dalam pelukan Savian.

Selalu, Savian adalah manusia satu-satunya yang Nalya jadikan tempat untuk berbagi cerita atas luka masa lalu yang dia alami. Hanya Savian, pria yang Nalya percaya hingga saat ini.

Afka memilih keluar dari rumah, mendudukan diri di garasi tepat di sebelah mobilnya terparkir, tidak mungkin dirinya pergi meninggalkan rumah dengan keadaan Nalya yang menangis seperti itu. Bahkan jika Savian bersama Nalya, Afka tak bisa merasa tenang.

Biarkan dia duduk di garasi mobil yang jaraknya sedikit jauh dari pintu masuk rumah, setidaknya Afka masih bisa langsung berlari jika terjadi sesuatu.

***

Ketika Savian rasa Nalya mulai tenang setelah menangis, kakak-beradik itu kini duduk bersebelahan di sofa ruang tamu.

"Apa yang bikin kamu jadi begini?"

Pak Hakim - (ngeselin!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang