Bab19

9.1K 753 16
                                        

Aku tidak berani cerita pada Kak Mel, kalau saat ini aku diminta Simoneta untuk merancang jas untuk para pemain Ac Milan.

Kalau dia tahu pasti histeris dan menggila. Meski seorang perempuan, Kak Mel itu cukup gila bola. Ia bahkan mengaku seorang Jak mania. Klub bola kesayangannya Barcelona. Karena ngefans dengan Lionel Messie. Tapi sebenarnya karena dulu pernah pacaran sama pria Spanyol.

Dan pria Spanyol ini fans berat Barcelona, jadi Kak Mel ikutan sampai sekarang. Sepertinya cowok Spanyol itu yang berhasil meracuni Kak Mel hingga menyukai sepak bola.

Aku sendiri tidak terlalu mengerti sepak bola. Tertarik saja tidak. Malah bingung, kenapa bola satu harus direbutin dua puluh dua orang? Sudah begitu buat menciptakan satu gol ke gawang lawan saja susahnya minta ampun.

Jangan heran kalau aku sampai gak tahu nama-nama pemain sepak bola terkenal, meski masih tahu sedikitlah nama klub sepak bola terkenal.

Sekarang malah ketiban rejeki diberi tugas merancang jas. Tidak tanggung-tanggung. Untuk semua pemain Ac Milan.

Yang senang bukan cuma Simoneta, tapi Miuccia dan Paulina juga. Miuccia malah sudah wanti-wanti, kalau aku dapat tiket gratis nonton pertandingan piala champion. Aku harus ngasih dia satu.

"Kau kan gak suka sepak bola," katanya yang juga tahu aku tidak suka semua jenis olah raga. Kecuali olah raga menggerakkan pensil di tangan alias menggambar desain. "Daripada mubazir, mending tiket nonton gratisnya buat aku."

"Belum tentu juga aku dapat tiket nonton gratis. Kamu kok bisa yakin gitu aku bakal dapat tiket nonton gratis?"

"Yakinlah. Kamu kan desainernya Ac Milan. Mereka pasti bakal ngasih tiket gratis buat kamu. Apalagi Lessandro. Dia pasti bakal kasih tiket gratis buat kamu setiap dia bertanding ."

"Kok Lessandro? Buat apa dia ngasih tiket gratis? Memang dia calo tiket?"

"Dari caranya deketin kamu aja aku udah yakin dia pasti bakalan kasih tiket gratis sama kamu. Tahu gak, ada kuota khusus loh untuk para WAGS."

"WAGS?" Aku mengernyit bingung. Apa lagi itu?

"WAGS singkatan dari wife and girl friends. Kumpulan istri dan pacar pemain sepak bola kelas dunia." Miuccia menyeringai lebar. "Tahu gak, rata-rata istri atau pacar pemain sepak bola itu cantik-cantik dan seksi. Aku pernah ketemu salah satunya. Wuih, cantiknya udah kayak miss universe. Kalau kau sih kalah jauh.."

Oke, ini Miuccia lagi menghinaku kan?

"Tapi jangan khawatir, yang kau perlukan cuma riasan make up sempurna dan baju bermerek ternama. Meski kalah cantik dan seksi, tapi dengan baju bermerek penampilanmu gak akan kalah sama para WAGS yang lain."

"Siapa yang mau gabung sama perkumpulan gak jelas begitu? Omonganmu makin ngaco!"

"Eh, serius kamu gak tertarik? Lessandro bakal patah hati dengernya."

"Heran, kamu dibayar berapa sih sama dia, sampai ngotot muji-muji dia begitu di depan aku?"

"Nggak dibayar. Cuma dijanjiin tiket final nonton piala champion kalau Ac Milan masuk final. Dan itu bukan kelas tribun. Tapi vip." Miuccia nyengir lebar. Nah, ketahuan kan akal bulusnya. Kalau tidak ada udang dibalik batu, mana mungkin semenggebu-gebu gini cerita soal sepak bola, khususnya Lessandro padaku?

"Itu kalau Ac Milan masuk final. Kalau nggak?"

"Ih, jahat. Doain Ac Milan gak masuk final? Pasti masuklah. Yakin!"

"Dia cuma janjiin itu doang sama kamu?" tanyaku curiga. Masa iya cuma di beri janji tiket final gratis piala champion, Miuccia bisa sesemangat itu. Pasti ada yang lain.

"Nggak sih.."

Nah kan...

"Lessandro juga janji bakal nyomblangin aku sama Pablo."

"Pablo?"

"He-eh, pemain nomor punggung tiga. Pablo Mendoza."

Aku tidak tahu yang mana orangnya. Pria yang bernama Pablo Mendoza. Tapi kalau sampai Miuccia tertarik, pria yang bernama Pablo ini pastilah pria yang menarik.

Karena aku tahu, selera pria seperti apa yang bisa membuat Miuccia tertarik. Pria itu haruslah memiliki sex appeal yang tinggi.

"Kenapa sih, kamu kok sepertinya tidak terlalu antusias dikejar pria setampan Lessandro? Kamu tahu, An. Bisa menarik perhatian pemain sepak bola terkenal itu dambaan semua wanita. Apalagi sampai dikejar seperti kamu. Kami semua bermimpi bisa berkencan dengan salah satu pemain sepak bola. Terutama bila pria itu setampan Lessandro. Dan berasal dari klub seelit Ac Milan.

"Dijamin. Kamu bakalan ikut tenar kalau jadi pacarnya."

"Bukannya jadi terkenal itu merepotkan? Kemana-mana gak bebas. Contohnya Lady Gaga? Taylor Swift?"

"Tapi coba kamu bayangkan kemudahan yang didapat orang-orang terkenal itu. Cari duit gampang, pesan tempat di restoran ternama yang susahnya minta ampun juga dimudahkan. Belum lagi prioritas-prioritas lain yang mudah di dapat.

"Satu lagi, pacaran sama orang terkenal bisa buat pamer. Bisa menyombongkan diri di depan keluarga dan teman-teman."

Aku tercengang, tidak mengerti dengan jalan pikiran Miuccia. Yang dengan begitu menggebu-gebunya bicara di depanku soal keuntungan pacaran dengan orang terkenal.

Cari duit gampang? Maksudnya mendadak ditawari jadi artis gitu? Atau model iklan? Padahal dia sendiri profesinya di dunia mode, penghasilannya juga besar. Apa gajinya selama ini masih kurang?

Pesan tempat di restoran ternama dimudahkan? Selama ini aku jarang ke restoran ternama yang tentu saja harga setiap menunya menguras kantong. Kecuali ditraktir atau dapat undangan.

Juga buat ajang pamer ke keluarga dan saudara? Apa pacar itu dia anggap seperti barang yang bisa buat pamer? Hadeh, aneh benar pemikirannya.

Padahal meski kami nyaris sebaya, dengan usianya yang dua tahun di atasku. Harusnya kan dia gak sekanak-kanakan gitu. Apa karena terlalu excited kepengin punya pacar pemain bola dia jadi begitu ya?

"Kalau aku jadi kamu, aku gak akan seacuh ini saat dikejar pria setampan Lessandro."

"Meski usianya lebih muda dari kamu? Meski dia terkenal play boy?"

"Cuma beda tiga tahun sama kamu. Kenapa sih harus mempermasalahkan umur? Dia gak semuda itu, dan kamu juga gak tua! Kalau soal play boy, itukan wajar. Dia pemain sepak bola top, masih muda, ganteng, penghasilannya besar. Karirnya masih panjang di dunia sepak bola.

"Namanya saat ini mungkin masih kalah dengan pemain-pemain besar lainnya. Tapi siapa yang tahu setelah piala champion selesai? Wajar kalau banyak cewek cantik mengejarnya. Dan Lessandro balas meladeni setiap perhatian mereka. Justru gak wajar kalau dia bersikap dingin. Bisa-bisa di cap gay!"

Fix, otak Miuccia memang sudah konslet. Play boy kok dianggap wajar? Apa untuk membuktikan kenormalan seorang pria itu harus dengan menjadi play boy?

Lalu bagaimana dengan pria baik-baik tapi normal? Apa mereka bakal dianggap gak normal? Karena bukan play boy? Karena gak pernah pacaran dan menyentuh seorang wanita?

Sepertinya pemikiran Miuccia memang harus diluruskan. Tapi tentu bukan tugasku untuk meluruskannya. Tugasku sendiri sudah menumpuk. Mana sempat mengurusi otak konslet Miuccia?

******

Maaf  ya, bestie yang sudah nunggu-nunggu up nya aku. Kadang di saat week end saya gak bisa up karena biasalah. Sibuk quality time sama keluarga.

Suami libur, bocil juga libur sekolah. Jadi rame deh rumah. Dan biasanya misua suka ngajak jalan-jalan sama bocil, jadi saya suka gak bisa up kalau pas week end.

Maaf ya. Saya juga gak ada jadwal update. Tapi saya usahakan cepat. Itu aja sih yang saya mau kasih info ke kalian.

Makasih ya buat atensinya.

Salam sayang,

Eykabinaya

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang