Bab 45

8.5K 705 14
                                        

"Apa yang sudah di katakan bastardo itu padamu?" tanya Lessandro setelah kepergian Theo dari hadapan kami berdua. Ia terlihat cemas saat melihat wajahku yang pucat.

"Tidak apa-apa." Aku menggeleng ragu. Theo tidak mungkin serius dengan ancamannya bukan? Ia mungkin kaya, tapi tidak sampai seberkuasa itu untuk menghancurkan kehidupan seseorang.

Ya, tidak mungkin.

"Sebaiknya kamu istirahat," kata Lessandro lembut. "Kamu pasti lelah."

Ia masih menatapku dan menggenggam kedua tanganku lembut.

"Tesoro, percayalah padaku. Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu. Kalau bastardo itu berniat menyakitimu lagi, aku yang akan berdiri paling depan untuk memastikan ia tidak akan pernah bisa mengancammu."

Aku menatap Lessandro. Apa dia tahu bila tadi Theo baru saja mengancamku? Ia tidak mungkin mengerti pembicaraan kami kan? Ataukah ini merupakan salah satu naluri tajam yang ia miliki?

"Kamu jangan khawatir. Aku tidak apa-apa," ucapku mencoba menenangkannya. "Aku akan masuk dan istirahat. Terima kasih."

"Terima kasih? Untuk apa?"

Untuk semua kebaikanmu selama ini, untuk semua cinta dan kasih sayang yang kau berikan padaku, ucapku dalam hati.

"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku." Akhirnya hanya kalimat ini yang aku ucapkan.

Lessandro tersenyum. Mengusap pipiku lembut. "Ini hal wajar bukan? Aku kekasihmu, bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkanmu? Apalagi saat aku tahu, ada pria lain yang mencoba mengganggumu."

Aku mengulas senyum. "Memang benar ya, ternyata selain perayu ulung. Pria Italia juga terkenal romantis." Ledekku.

"Kami hanya melakukan itu pada wanita yang kami cintai, tesoro." Ucap Lessandro membalas ledekanku. "Oh, satu lagi. Kami pria Italia juga pencium yang handal dan...hebat dalam bercinta."

Aku terbelalak mendengar bisikannya. "Nakal."

Lessandro tertawa kecil melihat wajahku yang memerah. Melihat tawanya, tiba-tiba aku merasakan rasa pahit di dalam hatiku. Sebuah firasat perpisahan terlintas begitu saja. Bisakah aku terus melihat senyummu?

********

Aku sudah melupakan ancaman Theo dan segala gangguan yang ia buat padaku, dari mulai di Paris sampai ke Milan.

Apalagi sejak hari itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Tidak pernah menerima gangguannya. Kurasa, sejak hari itu ia langsung pergi dan kembali ke Indonesia.

Aku kembali bisa menarik napas lega. Hubunganku dengan Lessandro juga berjalan mulus. Ia tidak pernah lagi dikabarkan terlibat hubungan dengan wanita lain. Semenjak kami berpacaran, sepertinya ia berkomitmen untuk menjaga hubungan kami.

Meski masih ada beberapa wanita yang mengejarnya, Lessandro tidak pernah menggubrisnya.

Kami sering keluar untuk makan malam, nonton film atau sekedar mengobrol di apartemenku. Seperti umumnya pasangan yang berkencan.

Aku kembali disibukan dengan pekerjaanku dan Lessandro mulai sibuk mengikuti kompetisi untuk piala dunia tahun depan.

Pelatih timnas Italia sudah merilis nama-nama pemain yang akan masuk tim inti piala dunia. Dan nama Lessandro salah satunya. Mengingat prestasinya yang luar biasa di piala champion, tidak mengherankan bila ia masuk tim inti.

Dengan kemampuan talenta muda berbakat seperti dia, tentu saja Italia berharap mereka akan memenangkan trofi piala dunia. Dan menjadi juara lagi kan?

Karena kesibukan kami masing-masing. Kami berdua jadi tidak punya waktu untuk bertemu. Aku dengan pekerjaanku dan Lessandro dengan kompetisinya.

Hanya telpon dan pesan-pesan chat yang tetap kami lakukan. Tapi bila Lessandro begitu sibuk dan lelah, telpon dan pesan chat juga tidak setiap hari kami lakukan.

Aku tidak masalah. Aku mengerti, kompetisi babak penyisihan untuk memperebutkan tiket ke piala dunia memang sangat berat. Dan lawan mereka seluruh negara di eropa yang rata-rata kemampuan sepak bolanya setara.

Sedangkan hanya ada tiket masuk tiga puluh dua negara di seluruh dunia yang akan bertanding di laga paling bergengsi sejagad raya itu. Jadi wajar bila tidak ada waktu bagi kami untuk bertemu. Apalagi pergi berkencan.

Hari ini, aku sedang sibuk menyelesaikan rancangan bajuku saat ponselku berdenting. Tanda ada pesan yang masuk.

Aku tersenyum lebar, mengira itu adalah pesan masuk dari Lessandro. Sudah hampir seminggu ini aku dan Lessandro tidak saling menghubungi. Pesan-pesan chat yang aku kirim hanya dibaca dan dibalas singkat. Karena tidak ingin mengganggu konsentrasinya, aku berhenti mengiriminya pesan chat.

Dan sekarang rupanya ia yang lebih dulu mengirimiku pesan. Apa rindunya sudah setinggi gunung? Pikirku dengan tawa kecil di hati. Terlalu narsis dengan diri sendiri.

Tapi senyumku memudar saat melihat itu bukan pesan chat dari Lessandro. Saat aku membukanya, itu adalah link berita yang dikirimkan padaku. Pengirimnya nomor yang tidak dikenal. Tapi dari kode negaranya, aku tahu itu pesan dari Indonesia.

Aku membuka tautan link berita itu. Dan mendadak pias membacanya.

Berita itu berisi mengenai ancaman kebangkrutan butik Mel's clothing dan usaha katering milik keluarga Suroso! Keluarga dari Kak Melisa.

Theo...benar-benar melaksanakan ancamannya padaku?

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang