Lama setelah Lessandro pergi dari kamarku, aku masih nyalang menatap langit-langit kamar.
Kamar tamu di rumah Lessandro tidak menggunakan AC. Tapi kipas besar di langit-langit kamar, anginnya terasa sejuk dibandingkan dingin ac yang menggigilkan tulang.
Warna yang mendominasi kamar ini putih. Memberi kesan bersih dan rapi.
Orangnya sudah lama pergi, tapi ciumannya dibibir masih terasa.
Aku bukan perempuan yang polos-polos amat, aku juga pernah berciuman dengan Theo. Tapi rasa ciuman Lessandro...kenapa terasa berbeda?
Entah dimana bedanya. Sebenarnya, semua ciuman itu sama kan? Sama-sama menggunakan mulut, sama-sama beradu bibir dan lidah. Lalu dimana bedanya? Kenapa rasa dari ciuman Theo dan Lessandro terasa sangat berbeda?
Ciuman memang sama, An. Tapi orang yang melakukan ciuman itu yang berbeda! Bisik hatiku seakan menjawab kegelisahan hatiku sendiri.
Lalu, kenapa tadi saat Lessandro menciummu kamu tidak menghindar? Kenapa kamu tidak mendorongnya menjauh? Kamu malah menyambutnya penuh suka cita, seperti bocah cilik yang mendapatkan permen kesukaannya. Lagi-lagi hatiku yang berkata.
Dulu, berciuman dengan Theo itu wajar. Karena kami sudah bertunangan. Lalu dengan Lessandro...
Hanya karena keluarganya sudah menganggapku sebagai calon menantu mereka, kubiarkan saja Lessandro menciumku. Padahal bilang cinta saja belum, aish Anjani. Perempuan apa sih kamu ini? Ngobral bibir seenaknya!
Tapi..meski Lessandro belum menyatakan cinta secara serius. Dari sikap dan tutur katanya, sudah menunjukan kalau pria itu memang menyukaimu kan, Anjani?
Bila ia tidak menyukaimu, buat apa ia menyusulmu ke Cyprus? Memperkenalkanmu pada keluarganya dan mengatakan pada orang tuanya kalau kamu itu calon menantu mereka. Padahal dari pengakuannya sendiri, Lessandro tidak pernah membawa perempuan lain untuk diperkenalkan pada keluarganya.
Terkadang cinta itu tidak perlu dikatakan Anjani, tapi bisa dilihat melalui perbuatannya.
Sekarang, tinggal bagaimana hatimu. Apa kau juga mencintai Lessandro? Bisakah kau menerima dirinya dan membuka kembali hatimu untuknya?
Dan yang lebih penting lagi, jika nanti Lessandro mengecewakanmu, sanggupkah hatimu menanggung luka yang sama untuk kedua kalinya?
Anjani, terluka karena cinta itu memang menyakitkan. Tapi bila kau tidak berani mencoba untuk mencintai lagi, sanggupkah engkau hidup sendiri dan kesepian seumur hidupmu?
Namun sampai pagi menjelang, aku belum menemukan jawabannya..
*******
Pagi ini aku bangun kesiangan. Setelah mandi dan berganti pakaian aku menuju meja makan.
Untung saja kamar tamu yang kutempati dilengkapi kamar mandi dalam. Jadi aku bisa langsung mandi dan bersiap untuk sarapan.
Agak malu juga bisa bangun kesiangan. Tamu yang tidak sopan. Padahal semalam pamit lebih dulu ke kamar. Tapi malah yang paling terlambat bangun.
Ini semua gara-gara Lessandro! Pikirku sebal. Gara-gara dia menciumku aku jadi tidak bisa tidur semalaman. Salahku juga, baru dicium kayak gitu sudah bertingkah kayak abg. Padahal juga bukan ciuman pertamaku.
Tapi di meja makan tidak ada orang satupun. Dari pelayan di rumah itu, mereka memberitahuku bila semua anggota keluarga sedang berkumpul di halaman belakang.
Setelah sarapan secepat kilat, sebab orang Italia biasanya sarapan dengan secangkir kopi seperti capuccino atau espresso. Dan sepotong cornetto, aku bergegas ke halaman belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Blue (END)
General FictionDua tahun lamanya Anjani bertunangan dengan Theo. Meski ada perbedaan jurang yang sangat besar dalam status sosial mereka, tapi Anjani berusaha menutup mata dan telinganya atas segala cemooh yang datang dari orang-orang disekelilingnya. Dari keluarg...