Bab 43

7.9K 768 21
                                        

Suasana rumah Lessandro terasa ramai saat sanak saudaranya datang ikut membantu menghias rumah. Sebagai persiapan pesta ulang tahun nenek Lessandro.

Aku ikut membantu ibu Lessandro membuat kue-kue khas Sisilia untuk hidangan besok. Bahkan kue ulang tahunnya saja buatan sendiri. Ibu Lessandro ternyata pandai memasak dan membuat kue.

Aku sebenarnya tidak benar-benar membantu. Hanya bagian icip-icip kue yang sudah jadi. Karena mana bisa aku membuat kue khas Sisilia kayak gini. Waktu bantuin ibu Kak Mel bikin lemper saja, aku gak bisa membungkus daun lempernya. Jadilah tugasku cuma mengisi ayam suwir kedalam ketan buat lemper.

Oke, kalau masak sih bisa. Itu juga yang gak sulit-sulit amat. Tapi kalau bikin kue, aku angkat tangan. Menyerah.

Kadang iri sama orang yang bisa bikin kue juga jago masak. Karena biasanya, cuma satu skill saja yang bisa. Kalau jago masak, gak jago bikin kue. Jago bikin kue, gak jago masak. Apa itu cuma berlaku buatku saja ya?

Karena itu, aku duduk manis disamping Nicholina. Melihatnya mengaduk adonan kue. Entah mau bikin kue apa.

Tapi saat kue itu jadi. Dan aku disuruh mencicipi, ternyata rasanya enak.

"Enak?" tanya Nicholina.

Aku mengangguk. "Enak, madre."

"Ini scaccia, kue favorit Lessandro. Selain arancini. Kamu mau belajar membuatnya? Jika nanti kalian menikah, kamu bisa membuatkan makanan kesukaan Lessandro ini." Nicholina menatapku menggoda. Aku sampai berkedip-kedip melihatnya. Salah tingkah.

"Bukankah Lessandro terlalu muda untuk menikah, madre?"

"Kata siapa? Madre menikah dengan ayah Lessandro usia tujuh belas. Dan ayah Lessandro usia sembilan belas tahun. Diusia kedelapan belas, madre sudah melahirkan Lessandro."

Oh, semuda itu? Ternyata orang tua Lessandro menikah muda. Dan nampaknya tidak mempermasalahkan bila Lessandro juga menikah muda.

Diusia delapan belas tahun, ibu Lessandro telah melahirkan anak pertamanya. Sedangkan usiaku saja saat ini sudah dua puluh lima tahun. Pengalamanku cuma sebatas ciuman. Apa aku termasuk golongan wanita kuno berpredikat perawan tua?

"Tapi madre..."

"Anjani." Tiba-tiba saja madre menggenggam tanganku erat. "Apa kamu masih ragu dengan Lessandro kami?"

Aku menatap Nicholina dengan bingung. Ia terlihat serius menatapku, nada suaranya tidak main-main.

"Lessandro sudah bercerita banyak tentangmu. Kamu yang yatim piatu, kamu yang lari ke Milan karena tunanganmu menikah dengan perempuan lain. Dan juga ketakutanmu untuk menjalin hubungan dengan pria lain, karena pengalaman burukmu dimasa lalu."

Lessandro menceritakan semua itu pada ibunya? Sedekat itukah hubungannya dengan ibunya? Tapi kalau diperhatikan lagi, bukan hanya Lessandro. Ketiga adiknya pun terlihat dekat dan menghormati ibu mereka. Menyanyangi kedua orang tuanya. Dan memperlakukan mereka dengan sangat baik.

"Madre tahu reputasi Lessandro di luar sana. Tapi belum pernah melihatnya memperlakukan wanita seperti ia memperlakukanmu. Ia bahkan tidak pernah memperkenalkan wanita yang dekat dengannya pada kami keluarganya. Karena saat ia membawamu pulang, madre tahu. Kau bukan hanya wanita istimewa untuknya tapi juga sudah menempatkanmu di dalam hatinya."

Jadi Lessandro tidak berbohong saat ia bilang padaku, ia tidak pernah membawa wanita lain untuk diperkenalkan pada keluarganya. Hanya aku. Satu-satunya wanita yang beruntung. Tanpa sadar aku merasakan mataku basah. Ah, apa aku menangis? Menangis merasakan limpahan cinta yang begitu besar dari keluarga ini?

Cinta yang tidak pernah aku dapatkan dari keluarga Theo dulu. Karena sekeras apapun aku berusaha, di mata mereka aku bukanlah siapa-siapa.

"Anjani, maukah kamu memberi Lessandro kesempatan?" tanya Nicholina lembut, kulihat matanya pun berkaca-kaca. Apa beliau juga menangis?

Aku berusaha menahan isak ku, mengusap air mata yang mengalir. "Ya, madre. Aku mau." Aku mengangguk perlahan.

Lalu kurasakan Nicholina memelukku erat. Ia mengelus punggungku lembut, ada cinta dan kasih sayang dalam pelukannya.

"Selamat datang dikeluarga ini, nuora."

Aku tersenyum. Ada rasa lega di hatiku. Saat Nicholina melepaskan pelukannya, aku mendongak dan melihat Lessandro yang berdiri di ambang pintu.

Berdiri memperhatikan kami berdua. Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana. Dan berapa banyak yang sudah ia dengar.

Namun saat tatapan kami bertemu, aku belum pernah melihat ada pria yang menatapku selembut itu. Seperti tatapan lembut yang diberikan Lessandro padaku.



*******

Ah, sebentar lagi bocil saya libur sekolah. Dan saya bisa santai dan fokus menulis.

Tahun baru juga sebentar lagi. Mau pada kemana nih tahun baru? Atau...liburan ini?

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang