Bab 5

10K 809 20
                                        

Aku ingat hari di mana aku pertama kalinya bertemu dengan Theo. Ia datang ke butik bersama seorang perempuan yang kupikir kekasihnya. Ternyata perempuan itu adiknya, yang datang untuk memesan gaun pesta pada Kak Mels.

Niken penggemar gaun-gaun pesta keluaran dari Mels clothing. Sebenarnya aku sudah tahu ia sejak lama sebagai langganan butik. Tapi baru hari itu ia datang bersama seorang pria yang ia perkenalkan sebagai kakak sulungnya.

Dan Niken juga tidak tahu bila gaun-gaun pesta favoritnya yang berasal dari Mels clothing adalah hasil rancanganku. Aku memang desainer untuk brand Mels clothing.

Kak Mel memperkenalkan kami, dan aku bisa melihat sinar terkejut yang terpancar dari mata Theo, saat pertama kali ia melihatku. Sinar terkejut dan penasaran yang tidak mampu ia sembunyikan. Saat itu Niken hanya tertawa kecil melihat sikap kakak lelakinya.

"Mirip kan? Sudah aku bilang. Hanya dalam versi yang lebih sederhana."

Theo cuma mengangguk. Aku yang saat itu tidak mengerti apa-apa hanya mengerutkan dahi tidak paham. Namun karena mereka adalah pelanggan, aku mencoba mengabaikan hal itu. Pura-pura tidak peduli, jika kedua kakak beradik itu diam-diam sedang membicarakanku.

Namun semenjak hari itu, Theo kerap datang ke butik. Dengan alasan memesan jas, atau sekedar mengantar salah satu anggota keluarganya memesan gaun. Dari yang awalnya hanya seminggu sekali, kemudian berkembang menjadi dua kali seminggu. Bahkan ia kemudian terang-terangan hampir tiap hari datang. Dan setiap datang ada saja yang ia bawa.

Sekotak donat, pizza, kopi atau beragam makanan lainnya yang ia beli dari restoran terkenal. Jika aku lihat dari nama restoran yang terlihat dibagian kemasan dan box pembungkus. Ia juga kerap membawakan setangkai bunga mawar untukku.

Semua makanan itu tidak hanya untukku, tapi juga untuk pegawai toko yang lain. Tapi setangkai mawar itu, khusus ia berikan padaku.

"Pria itu sedang mengejarmu. Kurasa ia jatuh cinta padamu," kata Kak Mel saat untuk kesekian kalinya Theo datang ke butik ini. Seperti biasa membawa makanan dan setangkai mawar. Theo sudah menjadi tamu tetap di butik ini tanpa aku sadari. Dan Kak Mel tidak pernah mengusirnya.

Ah, siapa yang berani mengusir pria dengan kharisma seperti Theo? Tampan dan kaya. Kombinasi yang mematikan. Apalagi setelah Kak Mel tahu, ia putra sulung dari keluarga Galinggih. Pengusaha perhotelan terkenal di Indonesia.

"Mau bikin aku geer ya, kak? Perempuan kayak aku, apa yang bikin pria seperti itu tertarik?"

"Buktinya, buat apa dia susah-susah datang ke sini setiap hari, ngasih bunga dan makanan kalau bukan dalam misi mengejarmu?"

"Mungkin..dia mau nawarin kerja sama buat buka cabang butik baru sama Kak Mel."

"Omong kosong, hampir setiap hari ke sini, gak ada tuh omongan soal bisnis atau tawaran kerja sama. Yang dicariin cuma kamu, bahkan kalau kamu libur, dia juga gak dateng! Orang sesibuk dia, apa segitunya kurang kerjaan hingga tiap hari mampir ke sini?"

Aku menghela napas. Aku sadar kok, apa yang dimaksud oleh Kak Mel. Theo sedang berusaha mendekatiku. Entah suka, entah cinta. Tapi jika mengingat statusku dan juga pesan almarhumah ibu, aku pura-pura tidak paham dengan sikapnya yang berusaha dekat denganku.

"Kalau cari suami, carilah yang sederajat dengan kita An. Agar nanti suami dan juga keluarganya tidak menghina kamu. Tidak menghina keluarga kita karena perbedaan derajat diantara kita."

Aku dan Theo, dari awal memang sudah berbeda. Dia seperti bulan di langit, hanya dapat kulihat tanpa bisa ku pijak. Sedangkan aku bagaikan rumput di bumi. Yang gampang diinjak dan dicabut bila dianggap mengganggu.

Kurasa, kami berdua memang tidak cocok. Kenapa harus memaksakan diri untuk bersama?

"Siapa bilang kita berdua gak cocok? Kamu terlalu memandang rendah diri kamu sendiri, An." Aku teringat kata-kata Theo ketika ia menyatakan cintanya padaku. Dan aku langsung menolaknya.

"Aku gak memandang rendah diri aku, Theo. Tapi coba kamu pikirkan lagi, apa sih yang membuat kamu suka sama aku? Dari segi status saja kita beda. Wajah? Ayolah, banyak perempuan di luar sana yang wajahnya lebih cantik dari aku. Aku gak punya kelebihan apa-apa, gak pintar dandan, gak berpendidikan tinggi. Kuliah saja cuma sampai D3. Karena gak ada biaya. Aku yatim piatu, gak punya siapa-siapa. Jadi apa yang bikin kamu suka sama aku? Oh, ya satu lagi. Aku juga gak kaya, aku bukan berasal dari keluarga terpandang seperti kamu."

"Tapi yang aku mau hanya kamu," ucap Theo dengan kelembutan yang bisa membuat hati wanita mana saja melumer. "Aku gak peduli dengan semua yang kamu sebutkan tadi. Karena hatiku yang bilang, kamu satu-satunya perempuan yang aku inginkan. Hari ini atau esok nanti."

Kalau ada yang bilang, perempuan selalu mendahulukan hati dan perasaannya ketimbang otak dan logika. Mungkin itu termasuk dalam kasusku.

Aku yang mati-matian menolaknya, akhirnya luluh juga dengan segala perhatian dan kelembutan Theo yang ia berikan padaku. Apalagi saat aku melihat betapa gigihnya ia mengejarku. Seakan-akan hanya aku wanita yang ada di dunia ini. Hanya aku yang ada di hatinya.

Hatiku yang awalnya enggan menerimanya, perlahan mulai mencair oleh sikapnya. Theo adalah definisi kekasih sempurna untuk seorang wanita. Ia tampan, penuh perhatian, lembut dan kharismatik. Jangan dihitung dengan nilai plusnya kalau ia kaya.

Aku benar-benar terjerat dalam pesonanya. Dalam jaring cintanya. Hingga hanya tiga bulan kami berpacaran, aku tidak menolak ia menginginkan mengikatku dalam tali pertunangan. Hanya sebuah pertunangan sederhana. Tapi aku sudah begitu bahagia.

Bahagia yang melambungkanku tinggi ke awan. Hingga membuat mataku 'buta' dari semua perlakuan yang diberikan keluarga Theo padaku, kerabat dan juga teman-temannya. Bahkan juga perlakuan Theo yang lambat laun mulai berubah.

Aku yang selama ini menganggap hidupku sempurna, sungguh melupakan satu hal. Bahwa hidup ini, tidak ada yang sempurna.

**********

Ada yang pernah bilang sama saya, kalau seorang author keseringan update cerita. Bakal bikin readers-nya bosan. Beneran gak sih bestie?

Apa saya update ceritanya seminggu sekali aja x ya, biar kalian gak cepat bosan...😥


Salam sayang,

Saya yang lagi galau

Eykabinaya

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang