Bab 24

8.7K 803 13
                                        

"Bagaimana acara kencanmu dengan si ganteng Lessandro?"

Saat hari seninnya aku masuk kerja seperti biasa, baru saja duduk di kursiku, Miuccia langsung datang menghampiriku dan bertanya.

"Kencan apa?"

"Kencan makan siangmu dengan Lessandro. Bukankah ia datang ke tempatmu dan memasak makan siang untukmu? Katanya Lessandro membuatkan pasta resep keluarganya, benar?"

Darimana Miuccia tahu Lessandro kemarin datang ke tempatku lalu memasak untukku? Apa Lessandro yang cerita? Gak mungkin kan?

"Pablo yang cerita. Dia tahu dari Lessandro." Miuccia menjawab keherananku sebelum aku bertanya. "Aku baru saja telponan sama dia."

"Kamu sudah kencan sama dia?"

"Pikirmu apa cuma kau saja yang bisa menggaet pesepak bola tampan dan seksi?"

"Aish, gitu deh. Ya nggaklah. Kok baru cerita kalau kamu sudah kencan sama Pablo?"

"Kamu aja gak cerita kalau sudah kencan sama Lessandro. Jahat!"

"Aku gak kencan sama dia." Bantahku cepat. "Dia cuma datang buat masakin aku pasta, cuma itu."

Aku tidak cerita tentang permintaan 'khusus' Lessandro padaku, bila Ac Milan menjadi juara liga champion tahun ini pada Miuccia. Karena kuanggap itu rahasia kecilku.

"Bukan kencan? Jadi itu apa? Kamu cuma anggap dia koki gratisan?"

"Dia sendiri yang mau masakin aku, masa aku tolak?" Aku angkat bahu. "Ayo cerita, gimana kencanmu sama Pablo?"

"Luar biasa." Miuccia mengulum senyum. " Dia seksi banget. Hebat di ranjang."

"Ranjang? Kalian udah..."

"Hei, wajar kan? Kami berdua sudah sama-sama dewasa."

Aku mengerti, untuk masyarakat barat seperti Miuccia. Tidur bersama dengan pria yang disukai saat kencan mereka, itu sudah merupakan hal yang wajar. Bahkan banyak yang tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan.

Tapi sebagai orang Indonesia dengan pikiran yang masih kuno, aku tidak pernah berniat untuk mengadopsi gaya hidup mereka. Aku hanya ingin melakukan 'itu' dengan pria yang kelak menjadi suamiku.

Meski banyak yang berhubungan seks sebelum menikah dengan pacar mereka, dengan mengatas namakan cinta. Aku tidak ingin melakukannya.

Dulu, saat masih bersama Theo. Kami juga suka berciuman, tapi tidak pernah melakukan lebih dari itu. Karena itu, saat hubunganku dan Theo kandas. Aku masih bisa menjaga kesucianku.

Karena itu aku sangat kaget saat mendengar Liana hamil oleh Theo. Apa karena dia tidak mendapatkannya dariku, maka ia melampiaskannya pada wanita lain? Benarkah begitu? Sedangkal itukah pengendalian diri Theo terhadap hawa nafsu?

Mengingat itu, aku hanya bisa tersenyum miris.

"Lalu kau sendiri dan Lessandro bagaimana?"

"Nggak gimana-gimana. Dia pulang setelah makan siang. Eh, sempat minum kopi juga sih. Itu aja kok."

Miuccia menatapku tak percaya. "Jadi..ada pria tampan dan seksi yang datang ke apartemenmu. Memasakan makan siang untukmu, tapi kalian gak melakukan apa-apa gitu?"

"Melakukan apa? Jangan berpikiran aneh-aneh deh."

"Lessandro pasti rugi. Udah melakukan semua itu, tapi gak dapat apa-apa. Masa gak ada hal nakal yang kalian lakukan? Apa dia itu biksu? Atau kau ini seorang biarawati?"

Orang Italia rata-rata pemeluk katolik , dia tahu aku bukan penganut katolik. Dia mengatakan itu hanya untuk mengolok-ngolokku, tentu saja.

"Daripada ngomongin aku sama Lessandro, kenapa kamu gak cerita aja sama aku, soal kencanmu sama Pablo. Aku mau mendengar rinciannya."

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang