Bab 46

8.1K 645 26
                                        

Aku menggenggam ponsel ditangan dengan erat. Tidak tahu sepucat apa wajahku kini. Beragam perasaan berkecamuk dihatiku.

Marah, benci dan juga...takut. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini benar perbuatan Theo? Theo kah yang sudah membuat usaha butik Kak Mel terancam bangkrut? Dia jugakah yang sudah membuat bangkrut usaha katering Keluarga Suroso?

Pantas selama beberapa bulan ini Kak Mel tidak pernah menghubungiku. Dan aku juga tidak bisa menghubunginya. Seakan nomor telponnya memang sengaja dinon aktifkan.

Apakah ini penyebabnya? Karena Kak Mel sedang terlilit masalah yang membelit usaha butik dan brand miliknya.

Aku tersentak kaget saat tiba-tiba ponselku berdering. Sebuah nomor tak dikenal menelponku. Aku mengangkatnya dengan tangan gemetar. Tanpa perlu diberitahu, aku memiliki dugaan siapa orang yang menelponku ini.

"Hallo..." Aku mencoba menutupi getaran dalam suaraku.

"Kamu sudah membaca link berita yang kukirimkan barusan?"

Theo! Ternyata benar, itu Theo. Aku menelan ludah mendengar nada suaranya yang terdengar dingin.

"Apa maumu?"

"Kamu sudah tahu apa yang aku mau, An."

"Aku tidak mungkin kembali padamu, Theo!"

"Kalau begitu kamu akan menyaksikan kehancuran dari orang yang kamu sayangi!" Ucap Theo dingin. "Melisa dan keluarganya..kamu pernah bilang, mereka seperti keluargamu sendiri. Melisa bukan hanya seorang bos bagimu. Tapi dia juga mentor, sahabat dan seorang kakak buatmu.

"Apa kamu tega menyaksikan orang yang kamu sayangi hancur? Aku tahu kamu, An. Hatimu terlalu lembut untuk mengabaikan mereka begitu saja!"

"Hentikan, Theo! Jangan ganggu mereka. Kak Mel tidak ada hubungannya dengan masalah kita berdua! Kenapa kamu tega menyentuhnya?"

"Siapa bilang dia tidak ada hubungannya? Dia yang bikin kamu pergi jauh ninggalin aku! Dia yang sudah mempengaruhi kamu untuk menerima tawaran pekerjaan di Milan!"

"Itu karena kamu menikah dengan Liana!" Aku nyaris berteriak saking marahnya. Kenapa Theo begitu bebal? "Jika kamu tidak menikah dengan Liana, apa mungkin aku akan pergi?"

Sesaat hening diujung sana. Hingga kemudian, terdengar lagi suara Theo. Kali ini lebih lembut. "Maafkan aku, Anjani...apa yang sudah aku lakukan padamu memang tidak termaafkan. Tapi izinkan aku untuk menebusnya. Aku cinta kamu, aku tidak bisa melepaskanmu untuk pria lain. Karena itu aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu kembali padaku."

"Kamu gila! Hentikan obsesimu untuk memilikiku, Theo! Kamu bisa mencari wanita lain sebagai pengganti Liana. Tidak perlu menggangguku lagi!"

"Jangan membuat kesabaranku habis, Anjani! Kembali padaku atau aku akan melakukan yang lebih dari ini!"

"Melakukan apa?" Ejekku. "Menculik dan mengurungku selamanya?"

"Jangan menantangku! Waktu itu aku sudah bilang padamu, aku bisa melakukan apa saja. Bahkan menghancurkan orang-orang yang kamu sayangi, untuk membuatmu menjadi milikku lagi." Nada suara Theo kembali terdengar dingin dan kejam, membuat tubuhku merinding. "Aku kasih kamu waktu seminggu untuk kembali ke Jakarta!"

"Sinting!" Teriakku kesal. "Jangan gila, Theo! Kontrakku di Monelo masih satu tahun lagi! Aku bakal kena pinalti bila melanggar kontrak!"

"Aku akan mengurus semuanya. Juga tiket kepulanganmu. Satu minggu, Anjani. Satu minggu. Jika kamu belum mengambil keputusan, jangan salahkan aku bila sesuatu yang lebih buruk terjadi pada orang yang kamu sayangi!"

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang