"Maka aku akan mematahkan tanganmu!"
Lessandro berjalan mendekati kami, matanya melihat tangan Theo yang sedang menggenggam tanganku dengan tatapan dingin dan tidak suka.
"Bastardo. Kalau kamu tidak melepaskan tangan amore mio, maka aku akan mematahkan tanganmu!" Ucap Lessandro dalam bahasa Inggris yang cukup fasih.
"Bagaimana jika aku tidak mau melepaskan tangannya? Kamu mau apa?" Tanya Theo menantang. Dalam bahasa Inggris yang tidak kalah fasihnya.
Kedua pria itu berdiri saling berhadapan. Tinggi tubuh keduanya tentu saja berbeda, Lessandro yang seratus delapan puluh tujuh dan Theo yang seratus tujuh puluh lima.
Jika mereka berkelahi, aku sudah tahu siapa yang bakal jadi pemenangnya.
Tapi bukannya senang karena direbutkan dua pria, aku malah ngeri. Kalau mereka berkelahi, maka akan jadi skandal. Khususnya untuk Lessandro.
Meski koridor hotel ini sepi, tidak ada jaminan tidak akan ada tamu yang keluar bila mereka mulai berkelahi. Belum lagi cctv hotel.
Theo mungkin tidak dikenali, tapi lain halnya dengan Lessandro. Kalau berita itu sampai tercium oleh wartawan, aku ngeri membayangkannya.
"Lepaskan Theo..." desisku kesal, nyaris mau menangis melihat betapa keras kepalanya Theo.
"Nggak akan. Aku bakal lepasin kalau kamu usir si bule ini dari sini."
"Apa sebenarnya mau mu?"
"Bukankah sudah kubilang, aku mau bicara sama kamu. Berdua. Tanpa ada gangguan pihak ketiga. Terutama si bule ini!"
"Bastardo. Lepaskan tesoro!" Meski tidak mengerti dengan apa yang kami bicarakan. Tapi aku tahu, dengan melihat raut wajahnya. Lessandro mengkhawatirkan aku.
"Kamu atau aku yang mengusirnya, An?" Theo menatapku tajam. Belum melepaskan cekalannya di tanganku.
Aku tersedak. Aku tidak ingin mereka berkelahi dan menciptakan skandal untuk Lessandro. Theo memang bajingan! Ia tahu aku mencoba melindungi Lessandro!
"An." Desaknya tidak sabar.
"Lessandro." Dengan susah payah aku menatap mata Lessandro. "Aku akan pergi dengan Theo, kamu...tolong kamu kembali dulu ke kamarmu, ya?"
"Tesoro..." Ada kekecewaan yang teramat besar melintas di matanya. "Kamu dan dia..."
"Akan aku jelaskan nanti. Kumohon, sekarang kamu pergilah. Aku tidak ingin ada keributan di sini."
"Aku tidak keberatan membuat keributan dengan si bastardo ini, carrisima..."
"Tapi aku keberatan. Kumohon, pergilah Lessandro."
Mungkin ucapan permohonanku yang terdengar menyedihkan meluluhkan hatinya. Lessandro menghela napas. Menatapku sesaat sebelum akhirnya pergi.
Theo terlihat tersenyum penuh kemenangan melihat kepergian Lessandro.
"Kamu bajingan!" Aku menyentakan tanganku yang masih dalam genggaman Theo. Dan kali ini tidak lagi ia tahan. "Belum puas kamu menggangguku? Menghancurkan hidupku? Dua tahun Theo! Dua tahun lamanya kamu menyakitiku dengan berpura-pura mencintaiku. Apa waktu dua tahun itu belum cukup bagimu untuk terus menyakitiku?"
"Maafkan aku, An. Aku rela menjadi bajingan asalkan bisa bersamamu lagi, tapi jangan menyuruhku pergi. Tahukah kamu berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk mencarimu? Kalau aku tidak secara sengaja membaca wawancaramu dengan majalah F, aku tidak akan pernah tahu kamu pergi ke Milan.
"Kenapa kamu pergi tanpa mengatakan apapun padaku?"
"Kalau kamu lupa, Theo. Kamu yang lebih dulu meninggalkan aku! Liana hamil karena kamu! Jadi untuk apa lagi aku memberitahumu, bila aku pergi ke Milan? Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Bahkan kedua orang tuamu yang memintaku untuk melepaskanmu.
"Pergilah, Theo. Jangan ganggu aku lagi! Kembalilah pada istri dan anakmu, jangan mencariku lagi!"
"Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan padamu barusan? Aku dan Liana sudah bercerai!"
"Meski begitu, kamu masih memiliki seorang anak yang butuh perhatianmu. Pulanglah untuk anakmu!"
"Anak?" Theo tersenyum getir menatapku. "Anak apa? Anak yang bahkan bukan merupakan darah dagingku sendiri? Anak yang mana yang kau maksud?"
Aku bisa melihat dengan jelas kesakitan di mata Theo. Tertegun mendengar ucapannya.
Ya Tuhan, kejutan apa lagi ini?
![](https://img.wattpad.com/cover/324483811-288-k396857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Blue (END)
Aktuelle LiteraturDua tahun lamanya Anjani bertunangan dengan Theo. Meski ada perbedaan jurang yang sangat besar dalam status sosial mereka, tapi Anjani berusaha menutup mata dan telinganya atas segala cemooh yang datang dari orang-orang disekelilingnya. Dari keluarg...