Tapi ternyata, menghadapi Theo tidak semudah itu. Mendengar semua penolakanku, ia tidak menyerah. Saat aku mau pergi, ia bahkan memaksa untuk mengantarku ke hotel tempatku menginap.
"Apa aku seperti bocah cilik yang masih perlu diantar?"
"Ini sudah terlalu larut untuk kamu pulang sendiri, An."
"Kamu pikir berapa usiaku? Aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Aku mengkhawatirkanmu."
"Khawatir?" Aku tersenyum sinis mengejek. "Sejak kapan? Dulu kamu gak pernah khawatir semalam apapun aku pulang kerja lembur."
"Ini bukan Jakarta, An."
"Apa bedanya? Toh Paris dan Jakarta sama-sama kota besar. Pergilah Theo, jangan menggangguku lagi! Kamu tidak perlu datang mencariku!"
"An, jangan mengusirku. Tolong kasih aku kesempatan, beri aku kesempatan untuk menebus semua salahku sama kamu."
"Nggak perlu! Aku tidak mau lagi kamu memasuki hidupku!"
"Jangan keras kepala, An. Kamu boleh membenciku, maki aku, pukul aku. Tapi jangan menyuruhku pergi dari kehidupanmu."
"Mau kamu apa sih sebenarnya? Aku sudah bilang, aku tidak mau lagi terlibat hubungan apapun denganmu!"
"Aku mau kamu kembali sama aku. Kita mulai lagi semuanya dari awal."
"Kamu sinting!" Teriak ku frustasi. Tidak peduli seandainya ada orang yang mendengar teriakanku. Malah bagus, mungkin orang yang dengar bakal mengira aku sedang jadi korban kejahatan.
Sayang jalanan sudah sepi, mungkin karena sudah terlalu larut. Untunglah saat itu sebuah taksi melintas dan aku cepat menghentikannya.
"Anjani!"
"Jangan mencariku, Theo! Pergilah, atau aku teriak kencang biar orang kira kamu pelaku kriminal!"
Theo nampak terperangah dengan ancamanku barusan, ia mungkin tidak mengira aku bakal ngomong kayak gitu. Ah, peduli setan dengan Theo!
"Anjani! Kamu gak bisa lari dariku! Kemanapun kamu pergi, aku akan mengejarmu! Aku gak akan menyerah!"
Aku masih sempat mendengar teriakan Theo, sebelum masuk ke dalam taksi dan berlalu dari sana.
*********
Sudah lewat tengah malam saat aku sampai di hotel. Namun yang mengejutkan, aku mendapati Lessandro sedang berdiri di depan pintu kamarku sambil bersandar di dinding.
Apa ia sengaja menungguku kembali?
"Kamu sudah kembali." Ia tersenyum melihatku.
"Kamu belum tidur?" tanyaku heran.
"Aku sengaja menunggumu. Aku khawatir. Kamu pergi begitu lama." Nada suara Lessandro begitu lembut dan penuh kekhawatiran. Aku menatapnya sayu, apa yang dia khawatirkan? Aku wanita dewasa yang bisa menjaga diriku sendiri.
Tapi sepertinya, bukan hanya rasa khawatir akan keselamatanku yang meresahkannya. Tapi sesuatu yang lain.
"Apa semuanya berjalan lancar?"
Aku tahu apa yang dimaksudkan 'berjalan lancar' dari pertanyaannya. Aku menggeleng lesu. Semuanya tidak berjalan lancar dengan Theo. Dia begitu keras kepala!
"Apa dia bilang dia tidak akan menyerah untuk mengejarmu?"
Aku terkejut menatap Lessandro.
"Kenapa ia datang mencarimu lagi? Bukankah kamu bilang dia sudah menikah?"
"Dia baru bercerai dengan istrinya."
Alis Lessandro terangkat tinggi. "Bercerai? Pernikahan mereka bahkan belum ada satu tahun. Lalu bagaimana dengan anak mereka?"
"Itu bukan anaknya." Lagi-lagi aku melihat alis Lessandro terangkat tinggi dengan raut keheranan di wajahnya.
"Ia tertipu. Dan kini mencarimu untuk menunjukan penyesalannya karena sudah bersalah meninggalkanmu. Membujukmu untuk memulai semuanya dari awal lagi, dan berkata tidak akan menyerah untuk mengejarmu."
Aku terdiam. Lessandro bisa menebak semuanya.
"Tesoro, aku laki-laki. Aku dan dia sama-sama lelaki meski berasal dari dua negara yang berbeda. Semua pikiran lelaki itu sama. Saat kami salah memilih dan menyadari apa yang kami buang jauh lebih baik dari pilihan kami. Maka lelaki akan mengejarnya kembali. Dan ia tidak akan menyerah sampai mendapatkanmu kembali."
"Aku tidak ingin ia mengejarku atau kembali padanya."
"Itu tergantung hatimu, akan sangat sulit untuk menolaknya bila hatimu masih mencintainya."
"Aku akan membunuh rasa cinta di hatiku, tidak akan membiarkan nya kembali tumbuh."
"Bagaimana caranya? Dengan melarikan diri darinya? Bagaimana kamu bisa lari dari pikiranmu sendiri, sejauh apapun kamu berlari. Bila hatimu masih mencintainya, kamu akan gagal untuk melupakannya. Kamu akan gagal menghadapi perlawanannya."
"Jangan mengejekku seperti itu Lessandro! Aku bukan perempuan lemah yang bisa dengan mudah terbujuk rayuan manis."
"Aku tahu, buktinya kamu tidak mudah terbujuk dengan semua rayuanku." Ucap Lessandro serius. "Tapi yang kamu hadapi sekarang mantan kekasih yang sangat kamu cintai bukan? Mantan kekasih yang membuat kamu pergi dari tanah airmu sendiri hanya untuk melupakannya. Sekarang ia kembali datang mencarimu. Aku bisa melihat tekadnya. Ia tidak akan menyerah sampai mendapatkanmu kembali."
Lessandro benar, terlalu sulit untuk menghadapi Theo yang begitu keras kepala. Bila saat ini aku bisa menghadapinya, apa di lain waktu aku juga bisa?
Untuk pertama kalinya, aku tidak mempercayai hatiku sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan?" Bisikku putus asa.
"Menikah denganku. Maka dia akan berhenti mengejarmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/324483811-288-k396857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Blue (END)
General FictionDua tahun lamanya Anjani bertunangan dengan Theo. Meski ada perbedaan jurang yang sangat besar dalam status sosial mereka, tapi Anjani berusaha menutup mata dan telinganya atas segala cemooh yang datang dari orang-orang disekelilingnya. Dari keluarg...