Hujan turun dari jam sembilan pagi, dan meski jam dinding sekarang sudah menunjukan pukul satu siang. Tapi hujan belum menunjukan tanda-tanda berhenti.
Hujan memang sempat berhenti jam sebelas tadi, tapi tidak lama langit kembali gelap dan hujan kembali turun dengan derasnya.
Meski sekarang hujan yang turun tidak sederas tadi, tapi melihat langit yang masih gelap dan gerimis yang belum juga berhenti. Sepertinya hujan bakal turun sampai sore.
Dicuaca yang mendukung seperti ini, memang lebih enak bergelung di atas kasur sambil berselimut tebal. Bukannya berada di 'bengkel' Kemang, mengerjakan rancangan desain yang sudah tujuh puluh persen jadi.
Apalagi ini hari minggu. Dan biasanya, setiap minggu butik di Kemang tutup. Kecuali yang di mall. Tetap buka seperti biasa. Tidak ada mall yang tutup di hari minggu kan? Hari raya saja tetap buka, apalagi cuma hari minggu biasa seperti ini.
Tapi daripada 'ngendon' sendirian di rumah. Lebih baik aku pergi ke Kemang, ke tempat Kak Melisa. Saat aku datang tadi, ia sudah siap-siap mau pergi ke gereja dengan putra semata wayangnya, Michael. Kak Mel pemeluk protestan, meski keluarga besarnya kebanyakan penganut konghucu.
Aku dan Kak Mel berbeda keyakinan. Tapi itu tidak membuat persahabatan kami menjadi canggung. Aku sudah menganggap Kak Mel seperti kakakku sendiri, apalagi aku juga anak tunggal. Dan Kak Mel pun sebaliknya, sudah menganggapku seperti adik sendiri. Jarak usiaku dan Kak Mel terpaut tujuh tahun.
Ini hari ketujuh berakhirnya hubunganku dan Theo. Dan entah kenapa, selama seminggu ini pula langit Jakarta selalu saja mendung dan selalu turun hujan. Kadang hujan turun di pagi hari, atau terkadang di siang hari. Tak jarang pula turun hujan di malam hari. Apa alam sedang menemani hatiku yang patah?
Bila kukatakan saat ini aku baik-baik saja, itu bohong. Aku tidak baik-baik saja, hanya mencoba untuk bersikap baik-baik saja. Bagaimanapun, dua tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Aku patah hati, pikirku saat aku menyadari selama seminggu ini nafsu makanku menghilang entah kemana. Bahkan saat menyantap makanan kesukaanku, aku tidak tahu bagaimana rasanya.
Aku tidak merasakan lapar, hanya ada rasa kosong dan hampa di hatiku. Aku hanya ingin bengong melamun, tanpa melakukan apa-apa. Meski sampai saat ini, tidak ada air mata yang mengalir di pipiku.
Tapi aku tahu, aku memang patah hati. Terasa aneh, saat kini tidak akan ada lagi orang yang kau cinta yang akan menelponmu setiap hari. Tidak akan ada lagi pesan-pesan manis yang kau terima, menanyakan kabarmu atau sekedar bertanya kau sudah makan atau belum.
Tidak akan ada lagi seseorang yang menemanimu, menggandeng tanganmu atau tersenyum lembut padamu.
Meski selama ini kebersamaanku dan Theo memang tidak seintens pasangan lainnya. Tapi aku juga pernah merasakan kelembutannya, cintanya, kasih sayangnya dan juga perhatiannya. Aku pernah merasakan rasanya memiliki dan dimiliki orang yang kucintai. Aku juga pernah merasakan debaran di dada setiap bertemu dengannya.
Dan kini..semua itu bukan milikku lagi. Pria yang kuanggap begitu baik, yang kuanggap tidak akan pernah menyakitiku, ternyata menjadi pria yang paling kutakuti selama ini. Menjadi pria pertama yang melukai hatiku, meninggalkanku dan mencampakan cintaku begitu saja.
Aku tidak pernah menginginkan cinta darimu, Theo. Aku tidak pernah ingin menjadi wanita yang kau cintai. Aku juga tidak pernah ingin memasuki hidupmu.
Bukankah kau yang memulai semuanya? Bukankah kau yang pertama kali mendekatiku? Mengejar cintaku? Jika akhirnya kau akan membuang cintaku begitu saja, untuk apa selama ini kau mengejarku? Untuk apa kau berusaha mendapatkan hatiku?
Tahukah kau Theo, selama ini kaulah sumber kebahagiaanku. Setiap senyuman di bibirku, itu selalu berasal darimu. Binar di mataku, berasal dari kehadiranmu di sisiku.
Lalu kenapa? Kenapa kau membuang cintaku? Mematahkan hatiku? Menginjak-injak perasaanku hingga hancur lebur.
Dua tahun lamanya kita bersama, dua tahun lamanya aku setia di sisimu, menemanimu, berjalan bergandengan tangan dengan satu keyakinan di hatiku. Bahwa cintamu tidak akan pernah berubah.
Dengan satu keyakinan, bila kau tidak akan pernah melepaskan tanganku dari genggamanmu. Tapi di hari itu..kau memutuskan untuk melepaskan tanganku. Membiarkanku melangkah seorang diri. Mencoba menyembuhkan luka di hati karenamu.
Theo, berapa lama aku bisa melupakanmu?
*********
Saya ingin sekali membuat cerita yang sangat, sangat menyayat hati. Tapi takut kalian semua banjir air mata😁 ( aih, lebay ).
Tapi sepertinya saya belum terlalu ahli membuat cerita-cerita sedih yang menyayat hati. Harus lebih banyak 'berguru' dan belajar dari ahlinya.
Oke, sampai bab ini, belum ada yang nangis atau mangkel kan?He..he..
Jakarta, 6 nov' 2022
Salam sayang,
Eykabinaya

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Blue (END)
Ficción GeneralDua tahun lamanya Anjani bertunangan dengan Theo. Meski ada perbedaan jurang yang sangat besar dalam status sosial mereka, tapi Anjani berusaha menutup mata dan telinganya atas segala cemooh yang datang dari orang-orang disekelilingnya. Dari keluarg...