Bab 27

8.6K 770 19
                                        

Karena bukan penggemar sepak bola, aku tidak tahu berapa lama biasanya liga champion berlangsung.

Tapi menurut penuturan Miuccia yang penggemar sepak bola sejati, mulai dari penyisihan grup sampai final. Biasanya liga berlangsung selama satu bulan penuh.

Jadi selama sebulan itu, aku tidak bertemu dengan Lessandro.

Namun jangan salah, meski tidak pernah bertemu. Tapi hampir setiap malam Lessandro selalu melakukan video call denganku.

Ia dan timnya kerap berpindah tempat, tergantung di mana ia harus bertanding. Kadang terbang ke portugal, besoknya harus terbang lagi ke Inggris. Mungkin bagi Lessandro, menjelajah eropa untuk bertanding sepak bola sudah biasa. Tergantung dari klub negara mana lawannya berasal.

Biasanya untuk keperluan pemain, klub menyewa pesawat pribadi untuk transportasi para pemain klub dan kru. Tapi tidak jarang ada juga klub sepak bola kaya yang memiliki pesawat pribadi sendiri.

Aku beberapa kali menonton pertandingan sepak bola liga champion bersama Miuccia. Hanya bila AC Milan yang bertanding dan jika kebetulan main di kandang sendiri.

Bila bertandingnya di luar Italia, maka aku tidak akan menonton meski AC Milan yang bertanding.

Selain karena tidak bisa, juga aku kini disibukan untuk persiapan acara Paris fashion week yang akan segera berlangsung dua bulan lagi.

Monelo akan menampilkan busana Haute Couture wanita dan aku ikut terlibat di dalamnya.

Berkat rancanganku untuk pemain AC Milan, beberapa majalah mode dan fashion melakukan wawancara denganku. Aku sempat melakukan sesi wawancara dengan majalah Elle dari Prancis dan berita tentangku dimuat di halaman depan.

Aku tidak tahu bila aku cukup terkenal kini, sampai Kak Mel menghubungiku dan mengatakan ada orang dari majalah wanita terkenal di Jakarta yang ingin membuat wawancara denganku.

"Dari pihak mereka meminta agar aku menjadi pihak yang menjembatanimu untuk melakukan wawancara itu, An. Aku juga sudah menghubungi Simoneta. Sekarang, tergantung kamu. Kapan ada waktu luang untuk melakukan wawancara itu." Kak Mel menjelaskan saat suatu malam aku melakukan panggilan video dengannya.

"Aku sih siap kapan saja, kak. Tapi memang benar, orang dari majalah itu mau terbang ke Milan hanya untuk mewawancarai aku, Kak Mel? Bukankah di Jakarta ada lebih banyak desainer yang lebih pantas untuk diwawancarai?" tanyaku menyebutkan nama-nama beberapa desainer Indonesia yang jauh lebih terkenal dan senior dibanding aku.

"Kamu gak sadar ya, An. Sekarang ini kamu sudah cukup terkenal dikalangan dunia mode? Aku baca loh, wawancaramu dengan majalah Elle Paris. Hebat kamu, An. Tapi aku mau marah ah, jahat kamu. Kok gak cerita kalau kamu diminta untuk merancang jas para pemain AC Milan untuk piala champion ini?"

"Itu cuma kebetulan Kak Mel, Signora Simoneta yang langsung begitu saja menunjukku. An sendiri gak siap sebenarnya waktu itu."

"Tetap ya kamu ini, selalu saja merendah. Padahal udah terkenal kayak gini. Bagus loh jas rancangan kamu itu, kayaknya pemain AC Milan jadi dua kali lipat lebih ganteng saat mereka memakai jas rancangan kamu itu."

"Kak Mel berlebihan, mereka kan emang udah ganteng-ganteng dari sananya. Gak ngaruh mau pakai jas rancangan siapa juga."

"Iya, sih. Beruntung kamu dikelilingi cogan-cogan AC Milan. Gak ada niat buat ngegaet salah satunya gitu?"

Aku tahu Kak Mel cuma bercanda, saat ia bertanya iseng seperti itu. Tapi mendadak saja aku jadi deg-degan. Duh, apa indra keenam Kak Mel sudah mulai menampakan radarnya? Mendadak aku jadi gugup, bayangan cowok jangkung bernomor punggung sepuluh melintas di kepala.

"Ketinggian ah Kak Mel. Memang aku siapa mau ngegaet pemain sekelas AC Milan? Biasanya istri atau pacar pemain sepak bola kelas dunia itu cantik-cantik. Biasanya model atau artis."

"Emang kamu kurang cantik apa coba? Gak yakin kalau gak ada cowok Italia yang belum kepincut sama kamu, An. Masa sudah selama ini di Italia, gak ada yang naksir kamu?"

"Tapi buktinya memang gak ada tuh."

Aku masih mengobrol lama dengan Kak Mel sebelum akhirnya panggilan video berakhir. Fiuh, kenapa setiap melakukan panggilan video Kak Mel selalu bertanya soal cowok sama aku sih? Terutama soal cowok Italia mana yang sudah berhasil ku gaet.

Dan ia selalu tidak percaya kalau kukatakan, bila sampai detik ini aku belum menjalin hubungan dengan pria manapun. Terutama pria Italia. Kalau yang naksir?

Mungkin Lessandro bisa dimasukan kategori naksir, bila teringat sikapnya yang terang-terangan mengejarku. Aku juga ingat perjanjian diantara kami, bila AC Milan menjadi juara liga champion tahun ini. Aku akan berkencan dengannya.

Meski aku tidak yakin dengan sikapnya, tapi aku tetap harus memenuhi janjiku ini. Mungkin bila ia sudah bosan denganku, hanya dengan sekali kencan. Ia tidak akan lagi menggangguku.

Bukankah untuk seorang bintang sepak bola seperti Lessandro, berkencan sekali dengan seorang wanita lalu merasa bosan itu sudah biasa kan? Jadi, aku tidak perlu membawa perkataannya yang semanis madu hingga ke hati. Hingga aku tidak perlu lagi merasakan sakit hati karena cinta.


********

Buat yang udah minta double update, nih saya kabulin deh buat kalian. Kurang sayang gimana coba saya sama kalian? 😁😁😁😁😁

Buat yang merasa jalan cerita ini agak bertele-tele atau ngebosenin, bilang ya bestie. Kasih masukannya. Mau agak slow tapi pasti, atau langsung ke konflik? Biar cepet tamat ceritanya.

Terima kasih ya buat yang sudah baca cerita Love is Blue ini. Yuk, kita nonton bola lagi.

Salam sayang,

Eykabinaya

Love Is Blue (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang