Prolog

61 3 0
                                    

*Selamat berkenalan*

*

*

"Masya Allah cantik banget," ucap kagum seseorang, saat melihat parasnya.

"Ko dia bisa ya?" kata seseorang heran, ketika melihat kepopulerannya.

"Enak ya jadi dia," iri seseorang, yang tidak bisa seperti dirinya.

"Gimana gak populer, dia kan cuma modal tampang doang," tukas seseorang kejam yang tidak suka dengannya.

"Dia bukan beruntung, hanya saja Allah memberinya kelebihan. Tapi itu bukannya seperti diberi ujian," kata seseorang yang bijak. Namun, diam-diam menjatuhkannya.

Sudut pandang setiap orang berbeda-beda, begitu juga dengan pemikirannya. Tidak semua sejalan, karena kadang berlainan. Banyak orang berpikir bahwa semua ini adalah keberuntungan, walau aku juga awalnya berpikir seperti itu. Tapi kalian tidak tahu kan? sejauh apa usaha yang aku lakukan hingga bisa seperti ini.

Paras wajah yang rupawan memang pemberian dari Allah, jadi itu bukan permintaan yang aku buat sendiri. Bukannya aku tidak bersyukur, hanya saja aku selalu merasa sedih. Perihal kepintaran, percayalah aku tidak benar-benar pintar seperti yang kalian kira. Tidak percaya? coba tanya saja ke mamah aku.

"Anak ini bukan pintar, dia hanya beruntung. Bukannya aku gak seneng karena prestasinya, tapi sebagai orang tua yang membesarkannya aku malah bingung," kata mamah ragu.

"Bingung kenapa?" tanya pak Guru.

"Aku gak pernah liat anak ini belajar, karena anak ini selalu mangacau dan sulit diajarkannya. Bagaimana bisa kaya gini," kata mamanya prihatin.

Ya, itulah kalimat yang selalu mamah ucapkan tatkala menghadiri pembagian rapot kelas. Dari aku bersekolah di taman kanak-kanak, hingga kini aku duduk di bangku universitas. Oh iya, jangan tanya di mana aku kuliah, karena kalian pasti akan terkejut. Astaga, aku sendiri bahkan terkejut.

"Apa? Universitas negeri, kamu keterima di universitas negeri?" ucap ayah sangat terkejut.

"Ini bohong kan?" sambar ibu tidak percaya.

"Ya, begitulah. Awalnya aku coba-coba, tapi ternyata keterima." katanya yang juga sama tidak percaya.

Apa kalian pernah mendengar kalimat. Apa yang kalian dengar, tidak seperti yang kalian lihat. Tapi, walaupun kamu melihatnya, apa kamu yakin kamu benar-benar melihatnya? kira-kira begitulah, gambaran kasarnya. Tahu kenapa? tidak semua hal yang terjadi itu tanpa perjuangan. Seperti kupu-kupu tidak bisa menjadi kupu-kupu yang indah sebelum menjadi ulat.

Memang tidak ada yang pernah melihat aku belajar, itu karena aku membuka mata di saat yang lain menutup mata. Pada sepertiga malam, aku terbangun hanya untuk belajar selepas melaksanakan salat tahajud. Itulah sebabnya tidak ada yang percaya jika aku bilang aku ini belajar, walau hanya saat ujian saja, tapi setidaknya aku belajar.

Jadi ini bukan semata-mata hanya keberuntungan, tapi ini adalah salah satu bentuk perjuangan. Ini hanyalah contoh kecil. Dan selama menjalani hidup, akan ada banyak sekali kebingungan untuk membedakan antara keberuntungan dan perjuangan. Dari sinilah awal kisah ini bermula, Tafsir Cinta.

Namaku, Atifa Syaquilla Ahmad. Panggil saja Tifa, karena begitulah orang memanggilku. Aku si anak perempuan keras kepala, yang selalu memiliki cara, agar terhindar dari semua marahabahaya. Bisa dibilang, aku tidak perduli dengan apa yang terjadi. Aku selalu menghindari masalah, juga menghiraukan perbedaan.

Karena itulah, jalan hidupku mulus tanpa batu. Sebelum semua itu berubah seketika, saat seorang pria tiba-tiba datang ke dalam hidupku. Hidup yang seharusnya baik-baik saja, kini menorehkan luka. Tentang cinta yang buta, pemikiran yang tidak terbuka, namun selalu ada hati yang terluka.

Namun, hidup di dalam lingkungan yang religius membantu Atifa menyelesaikan permasalahan dalam  hidupnya. Atifa percaya, apa yang terjadi sudah menjadi jalan takdir hidupnya. Cinta yang harus dimiliki setiap orang, bukanlah hanya cinta ke sesama makhluk-Nya namun kepada sang penciptanya.

Berbicara tentang cinta, berkat kasih sayang dan rasa cinta dari kedua orang tuanya. Atifa mendapat didikan yang bagus dari ayahnya, Malik Ahmad, juga dari mamahnya Anayya Ahmad. Dan tidak lupa ada adik kecilnya Asyifa Sabrina Ahmad. Keluarga menjadi cinta pertama, yang tidak akan pernah memudar.

Tafsir cinta

**

Note: ini adalah kisah fiktif, hasil imajinasi yang pelik.

**
Dina Marina.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang