#5 Perbedaan Sikap

5 2 0
                                    

Hanya sekadar kata,
bukan cinta.

*
*

**

Jam kuliah Atifa tidak terlalu lama hanya sekitar tujuh jam saja, mungkin karena dia masih semester awal. Belum terlalu banyak aktivitas tapi banyak diberi banyak tugas, hingga saat tidak masuk kuliah pun Atifa selalu bertanya kepada teman satu jurusannya. Pelajaran apa yang dipelajari hari ini? Tugas apa yang diberikan? Ia selalu dapet update itu dari kawan baiknya. Yaitu Vanesha, mahasiswi paling ambis di kelas Atifa.

Sikapnya yang terlalu ambis kadang membuat Atifa menggeleng-gelengkan kepala, di saat yang lain ingin segera pulang. Dia malah meminta pelajaran tambahan dari dosen, hanya dia manusia yang tidak akan pernah bisa Atifa tiru. Walau Atifa terkenal pintar di kelasnya, tapi ketekunan Atifa kalah dengan Vanesha. Itu yang membuat mereka menjadi bahan perbandingan oleh dosen.

Tapi Atifa dan Vanesha tetap berteman baik, tidak terpengaruh oleh hal itu. Hanya saja omongan yang tidak enak kadang terdengar dari teman sekelas mereka, Pintar versus tekun menjadi panggilan untuk mereka berdua. Kesal memang, tapi lebih kesal lagi setelah bolos kuliah dan malah datang ke kantor Farhan, ini hal yang tidak pernah Atifa pikirkan.

Atifa kembali kerumah saat jam pulang kampus, hal itu Atifa lakukan untuk menghindari kecurigaan dari orang tuanya.

"Kakak," panggil Asyifa, menghentikan langkah Atifa yang baru melangkahkan kaki masuk.

"Kenapa kamu lari kaya gitu?" khawatir Atifa melihat adiknya berlari menghampirinya.

Jam tiga sore adalah waktu Asyifa untuk mengaji, sebelum pergi Asyifa sengaja menunggu kakanya pulang terlebih dahulu. Saat melihat kakanya baru saja menginjakkan kaki di ubin rumah, Asyifa langsung memanggil dan menghampiri kakanya.

"Siapa cowo itu?" tanyanya tiba-tiba.

"Cowo?" terkejut Atifa.

"Aku liat kaka pulang sama cowo yang bawa mobil mewah itu." jelas Asyifa membuat Atifa terkejut.

"Kamu ngomong apaan si," ucap Atifa berusaha menutupi.

"Aku jelas liat itu." kekehnya.

"Gardigan kaka, persis sekali sama yang aku lihat tadi." tunjuk Asyifa.

Atifa memegang cardigan yang ia kenakan, "Dek gardigan ini kan bukan cuma Kaka aja yang punya."

Syifa terdiam, lalu Atifa merendahkan tubuhnya. Bersimpuh di hadapan adik kecil yang rasa ingin tahunya sangat besar.

"Apa kamu pikir Kaka punya teman orang kaya? Kalo Kaka punya, gak mungkin Kaka pulang pergi jalan kaki," jelas Atifa.

"Iya ya, temen Kaka kan semuanya payah?" ucap Syifa, yang kebetulan tahu seperti apa teman-teman Atifa.

Atifa tertawa renyah, "Iya kan? Udah sana pergi, kamu harus setor hafalan kan,"

"Oh iya," baru ingat Syifa, dia lantas berlari.

"Hati-hati, jangan lari." cemas Atifa.

Syifa membalikkan badan, lalu melambaikan tangan sembari melepas senyuman riang. Atifa menyambut hangat senyuman itu sembari membalas lambaian tangannya. Setelah itu, realita menampar Atifa. Jantung Atifa seperti berhenti beberapa detik, untuk berdiri kembali pun rasanya tidak mampu berdiri seimbang.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang