#29 Mulai Jelas

6 1 0
                                    

-Cinta yang bukan lagi
hanya sekedar kata-

*

*
Atifa melangkahkan kaki pergi, dengan rasa sakit yang menyerang diri. Atifa mencari seseorang, yang bisa membantunya membela kebenaran. Karena Atifa tidak ingin kesalah pahaman ini berlangsung lama, hanya karena sebuah gambar yang entah dari mana. Momen bertemunya mereka itu tidak di sengaja, karena keduanya sama-sama sedang mencari ketenangan. Namun malah menarik mereka, ke dalam perhatian yang merugikan.

Nama mereka berdua jadi tercemar, hingga ke sepenjuruh kampus ini. Semua mahasiswa ternyata sedang berkumpul, di depan Mading yang sedang mengumumkan berita yang memalukan itu. Gambar Atifa yang sedang duduk, ditemani gio yang berada di hadapannya. Di tepi pantai Dewata Bali yang indah, dua orang ini sedang duduk manis di saat senja mulai perlahan turun.

Seseorang memasang poto itu tanpa meminta penjelasan, karena sudah jelas-jelas gambar itu berbeda dengan yang orang lain pikirkan. Atifa lantas berjalan mendekati gambar itu, lalu menariknya dan merobeknya hingga menjadi potongan kecil. Sikap Atifa menarik perhatian semua orang yang ada di sana, karena Atifa sengaja menariknya lalu merobekannya di hadapan semua orang. Manik mata merah padam Atifa terbelalak, melihat berbagai macam reaksi yang mengarah kepadanya.

"Apa yang kalian liat?" hentak Atifa.

Semua orang tertegun mendengar Atifa berbicara tinggi, serta tatapan tajamnya membuat semua orang menatapnya heran.

"Itu cuma gambar, lalu kalian hanya cuma ngeliat. Tapi kenapa gak nanya," kata Atifa geram.

"Aku bakal jawab jika kalian nanya, jadi jangan ambil tindakan yang sama sekali gak kalian tau." cecar Atifa.

Amarah Atifa semakin naik, membuatnya tidak bisa mengontrol dirinya dengan baik. Detak jantungnya meningkat begitupun dengan tekanan darahnya yang mengalir cepat, kekebalan tubuhnya terganggu, menimbulkan rasa kecemasan dan perlahan mempengaruhi ingatannya. Kejadian yang tidak asing, saat semua manik mata memandinginya. Seolah dirinya menjadi pelaku, atas kejahatan yang berat.

Keseimbangan tubuh Atifa goyah, diikuti pandangannya yang mulai kabur. Ramai suasana yang berada di sekitarnya, perlahan buram tidak tampak. Walau Atifa sudah berusaha keras membuka matanya, tapi pandangannya tetap tidak terlihat. Samar-samar seseorang datang membelah kerumunan, menghampiri Atifa yang sudah tidak kuat. Lalu seseorang itu bersimpuh di hadapan Atifa, yang tubuhnya telah jatuh di atas lantai.

"Atifa," lirihnya.

"Kamu kenapa?" katanya panik.

Hanya suara yang bisa di dengar oleh Atifa, suara yang tidak asing lagi baginya. Air mata Atifa seketika runtuh tanpa ijin, tapi lisannya rapuh hingga dirinya acuh, membuat pikirannya menjadi rancu.

***

"Aku cuma mau liat keadaan Atifa aja," lirih seseorang yang tidak di perbolehkan masuk.

"Udah aku bilang, kalo mau bantu Atifa. Kamu gak boleh ke sini," gertak Vanesha sang penjaga pintu.

"Gak bisa gitu dong," tolaknya kekeh.

"Kenapa gak bisa, bukannya kamu udah biasa ditolak," kata Vanesha mengingatkan.

Ucapan enteng Vanesha menarik ekspresi kesal Gio, tidak terima karena itu sama saja penghinaan baginya. Karena itu dua situasi yang berbeda, jadi tidak bisa disangkut pautkan. Gio membulatkan matanya penuh, selain marah ia juga ingin sekali meluruskan kesalahpahaman ini.

"Dasar gendut," cela Gio.

"Kamu bilang apa?" kaget Vanesha.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang