#8 Patah? Semangat!

4 2 0
                                    

*Selamat membaca*

*

*

"Kenapa kamu pulang?" tanya mamah, di tengah-tengah makan malam.

"Emangnya aku gak boleh pulang ke rumah aku sendiri?" tanya balik Atifa.

"Kamu aneh-aneh aja si, masa ngomong kaya gitu. Ini kan rumahnya, dia bisa datang kapanpun dia mau," ucap Ayah tertawa lucu, memecah kecanggungan ibu dan anak itu.

Ayah memang selalu jadi orang yang berada di kubu Atifa, yang selalu sabar dengan Atifa yang terkadang sulit di nasehatin. Ayah seseorang yang menjadi cinta pertama Atifa dan begitulah status ayah pada setiap anak perempuannya.

"Bukan gitu maksud mamah yah, Atifa kan lagi nemenin ibunya Farhan yang lagi kurang sehat," jelas mamah.

Atifa mengerutkan kening, apa Atifa tidak salah dengar. Menemani? Jadi Farhan buat alasan seperti itu sampai berbohong membawa nama ibunya. Jahat banget dia, pikir Atifa.

"Pokonya, kamu harus sering-sering nemenin Tante Hanifa ya? Kasian lho dia, dia tuh udah sayang banget sama kamu," kata mama.

"Iya," jawab Atifa pasrah.

Atifa melanjutkan makan malamnya yang sedikit tidak nafsu, karena hari ini menjadi hari yang menyebalkan bagi Atifa. Di tambah lagi adik manjanya dari tadi sedang melempar tatapan dalam kepada Atifa, tatapan yang tidak bisa di hindari Atifa. Sebab Atifa sudah menduga jika adiknya akan bertanya kepadanya.

"Apa Kaka udah liat semua sudut rumah ka Farhan?" dan benar saja, satu pertanyaan keluar dari mulutnya.

"Udah," jawab Atifa tidak semangat.

"Nanti kalo Kaka mau ke sana lagi, jangan lupa ajak aku ya," pintanya.

"Kamu mau ngapain pengen liat, gak ada yang menarik di rumahnya," ucap Atifa memprovokasi adiknya.

"Masa si? Padahal ruang makannya aja udah bagus banget," Syifa tidak percaya.

"Iya kam-"

"Mamah bakal ajak kamu ke rumah ka Farhan besok," potong Mamah.

"Bener mah? Janji?" semangat Syifa sangat senang.

"Besok?" batin Atifa, menatap mamanya yang sedang tersenyum licik kepadanya.

Atifa mendengus kesal, kenapa kian hari dua keluarga ini semakin dekat. Hubungannya kini bukan di antara kedua orang tuanya saja, namun anak-anak mereka pun ikut di libatkan. Atifa sangat membenci situasi ini, terlebih lagi mama sepertinya sangat menyukai Farhan. Sebenarnya anaknya ini aku atau dia? Kepala Atifa ingin pecah ketika memikirkannya.

Dipertemuan selanjutnya, Atifa bertekad ingin membalasnya. Jika Farhan bisa membuat mama Atifa luluh padanya, maka Atifa juga harus bisa membuat ibunya Farhan luluh pada Atifa. Tunggu, sepertinya Atifa sudah melakukannya. Jika dilihat-lihat, tante Hanifa seperti sangat menyayangi Atifa, terlihat dari sikapnya yang memanjakan Atifa. Aku tidak salah kan? Pikir Atifa.

"Apa yang lagi kamu pikirin," tegur mama, membuyarkan lamunan Atifa.

"Gak ada ko," elak Atifa, melanjutkan aktivitas makannya.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang