#25 Sumber Kebahagiaan

9 3 0
                                    

Liburan online bareng
pasangan muda ini.. huhuu
gemes banget nulisnya.

Selamat membaca.

*

Hari ini cuaca sangat terik, ditambah ada banyak orang yang sedang berlalu lalang. Dinginnya pendingin ruangan seolah tidak terasa, karena tenggorakan seakan kering. Melihat istrinya yang terlihat kepanasan, Farhan berinisiatif untuk mencari minum untuk istrinya itu. Farhan meninggalkan Atifa duduk seorang diri, di ruang tunggu bandara.

Mendapati suaminya yang tidak kunjung kembali, membuat Atifa khawatir, hingga memutuskan untuk mencarinya. Entah mencari kemana, tapi yang pasti ke suatu tempat yang menjual minuman. Karena itu yang sedang dicari Fahan, hingga tidak kunjung kembali.

"Di mana penjual minumannya, kenapa lama sekali," gerutu Atifa risau.

Atifa baru pertama kali naik pesawat, begitupun menginjakkan kaki di bandara. Sehingga tidak tau apa yang harus Atifa lakukan, hingga ingin minum pun sampai merepotkan suaminya. Suasana bandara yang ramai dengan banyaknya orang yang hendak berpergian, membuat Atifa kesulitan mencari suaminya. Suara berisik mendengung ditelinga Atifa, ramai orang berlalu lalang membuat kepala Atifa pusing seketika.

Keringat pun menetes meluncur lembut di wajah Atifa, semakin menambah hawa panas di tubuhnya. Setiap orang yang lewat menciptakan bayangan seperti kilat yang menyambar cepat, hanya menyisakan bayangan bewarna gelap. Pandangan Atifa seketika tidak fokus, diiringi tubuhnya yang mulai hilang keseimbangan. Kepala Atifa semakin terasa sakit, serta katup mata Atifa seakan ingin menutup.

"Tifa," panggil seseorang memegang tangan Atifa, menahan tubuh Atifa agar tidak jatuh.

Walau tidak bisa melihat jelas siapa seseorang yang memanggilnya, tapi Atifa langsung mengenalinya lewat suaranya. Tangan Atifa meraih kain bajunya, menarik kencang hingga kedua tubuh mereka bersatu. Saat pakaian mereka bertemu, katup mata Atifa seketika menutup. Berada di dekat pusat pernapasannya, membuat Atifa dapat mendengar jelas detak jantungnya.

Wangi harum dari pakaiannya juga tercium oleh hidung tajam Atifa, wangi khas cowo yang menyukai minyak wangi berbau pekat. Atifa mendengarkan suara jantung Farhan yang sedang berdetak kencang, sambil mencium wangi pakaian Farhan yang sudah tercampur keringat. Sungguh menenangkan Atifa, hingga Atifa meletakkan kepalanya di dada bidang milik Farhan Al Khalid.

Farhan sama sekali tidak memberontak, atau pun menyambut Atifa ke dalam dekapannya. Farhan hanya mematung, membiarkan Atifa mengobati rasa kekhawatirannya itu. Melihat Farhan tidak memberontak, membuat Atifa semakin bersandar nyaman, hingga rasanya ingin tertidur lelap. Tapi seketika sadar, ini tempat umum. Sehingga Atifa membuka matanya lalu tidak lupa, meminta maaf karena sudah lancang.

Walau sebenarnya Farhan tidak keberatan, juga memang sudah tidak ada lagi batasan di antara mereka. Hanya saja, rasa canggung itu masih ada.

***


"Lebih baik kamu tidur aja," perintahnya lembut.

"Gak mau, aku mau menikmati perjalanannya." tolak Atifa, dengan pandangan yang terus melihat ke arah luar jendela.

Atifa dan Farhan sudah berada di dalam pesawat dan sedang menunggu pesawat take off. Atifa duduk di dekat jendela, lalu menyandarkan kepalanya ke jendela. Beberapa menit yang lalu kepalanya menyandar di dada Farhan dan saat ini Atifa masih menahan malu atas kejadian di ruang tunggu tadi. Saat sudah berada di dalam pesawat, Atifa terus menghindari kontak mata dengan Farhan.

Kepala Atifa masih terasa sakit hingga Atifa harus menyandarkan kepalanya, merasakan rasa sakit yang menimpanya. Farhan yang tidak tega melihatnya, terus memberikan perhatian tulus kepada Atifa. Walaupun merasa malu, Atifa tetap menerima perhatiannya itu. Rasa syukur pun selalu terucap, bersyukur mempunyai suami seperti Farhan.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang