*Tafsir Cinta*
*
*
Dering ponsel terus berbunyi, namun sama sekali tidak di angkat. Sudah puluhan kali berusaha memanggil, tapi sama sekali tidak mendapat jawaban. Pesan yang dikirimkan pun hanya dibaca, tanpa dibalas. Kehadirannya sulit ditemukan, karena dia selalu menghindar. Sedih itu ada, tapi rasa kecewa lebih terasa.
"Kenapa jadi begini," katanya menyesal.
Wajah yang dipenuhi rasa kecewa terpampang di cermin, matanya membulat penuh, serta nafasnya yang memburu. Iren menatap dirinya ke dalam cermin, wanita jahat yang ia lihat di hadapannya. Keegoisannya membawa seseorang yang polos ikut terjatuh, jatuh ke dalam lubang yang dia buat sendiri.
Tangis Iren pun pecah, di dalam ruangan yang tidak suci. Ya, di dalam kamar mandi yang ada di kantor. Tempat yang saat ini sepi, karena tidak ada yang datang. Iren mengeluhkan semua masalahnya di sini, tanpa ada yang menemani karena ini adalah masalah yang sangat privasi. Tidak butuh waktu lama untuk Iren membaik, setelah merasa tenang Iren memilih keluar.
Seakan tidak mau berlama-lama untuk larut dalam kesedihan, terlebih lagi ada hal yang harus dia kerjakan. Saat selangkah kakinya berjalan keluar, seseorang yang hendak masuk ke dalam kamar mandi mengejutkannya.
"Maaf," kata Iren spontan, karena hampir tidak sengaja menabraknya. Sebab, seseorang yang hendak masuk itu adalah istri dari pimpinannya.
"Gak papa," katanya lembut.
"Tunggu, kamu yang waktu itu kan?" kata Atifa langsung mengenali wajah Iren.
Karena pada saat itu Iren lah yang membantu Atifa, saat Atifa ingin menggantikan salah satu model yang jatuh sakit.
"Iya Bu," jawab Iren.
"Kenapa kalian semua panggil saya ibu," ucap Atifa pelan.
"Ada apa Bu?" tanya Iren memastikan, karena dia tidak mendengar apa yang Atifa ucapkan.
"Engga ada apa-apa ko," kata Atifa tidak ingin membahas.
"Yasudah, saya pamit keluar." ucap Iren sebelum pergi.
"Oh iya, silahkan." ucap Atifa mempersilahkan.
Setelah mendengar ucapan Atifa, Iren lantas melangkahkan kakinya.
"Oh iya," tapi baru saja selangkah kakinya berjalan, Atifa menghentikkan langkahnya.
"Aku mau tanya," kata Atifa.
"Mau tanya apa Bu?" tanya Iren penasaran, sebab Atifa memasang raut saja serius.
"Sepatu yang aku pakai waktu itu, itu sepatu siapa?" tanya Atifa.
"Sepatu?" ulang Iren.
"Maksud aku, itu sepatu model apa? Apa itu salah satu produk Fan Kha?" jelas Atifa.
"Bukan, perusahaan kita gak membuat sepatu." kata Iren memberi tahu.
"Oh gitu," kata Atifa terdengar kecewa.
"Kalo boleh tau, kenapa bertanya kaya gitu?" karena ucapan Atifa cukup membingungkan, hingga Iren berani mempertanyakan maksud ucapan Atifa.
"Sepatunya gak bagus, kaki aku sampai lecet sehabis pakai sepatu itu," kata Atifa, karena menurutnya kakinya sakit karena sepatu itu, bukan karena Atifa tidak terbiasa.
Iren terdiam, kembali mengingat hari itu. Ada perasaan heran awalnya, karena waktu itu Atifa tampak baik-baik saja. Tidak menunjukan reaksi apapun di hadapan Iren dan para karyawan lainnya. Sungguh, wanita ini pandai menyembunyikan perasaan. Pikir Iren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tafsir Cinta
Teen FictionTafsir Cinta bercerita tentang dua insan yang tidak sengaja dipertemukan lalu di satukan. Makna cinta yang luas membuat mereka tidak memiliki tujuan yang sama, berusaha mempertahankan ego hanya demi sebuah alasan. Kepercayaan yang di taruh di pundak...