#48 Penerang

4 1 0
                                    

*Tafsir Cinta*

*

*

"Percaya itu kata yang berat buat diucapin, karena gak semua hal bisa di percaya. Maka dari itu aku menaruh harapan di dalamnya," kata Atifa, nada suaranya terdengar berat.

"Harapan apa yang kamu inginkan?" tanya Farhan penasaran.

Atifa memalingkan wajahnya, melihat ke arah jendela, "Aku berharap, aku bisa menjalani hidup dengan baik. Selalu bersikap optimis dalam segala hal, rendah hati kepada sesama dan bisa menerima apa yang terjadi dalam hidup. Aku juga berharap, aku bisa menjadi istri yang baik untuk kamu. Bisa menjadi seseorang yang dapat kamu andalkan, juga bisa menjadi seseorang yang bisa memberi kamu kebahagiaan. Tapi aku minta maaf-" jeda Atifa menarik nafas berat.

"Aku belom bisa seperti kamu, usahaku gak bisa melebihi usaha yang kamu lakukan. Aku merasa bersalah karena hal itu," tambah Atifa, sangat kecewa terhadap dirinya sendiri.

Perbandingan yang sangat signifikan, jelas menjadi perdebatan tentang arti sebuah perjuangan. Tidak ada yang lebih tau perihal perjuangan, sebab Farhan juga mengalaminya. Walau memiliki kondisi yang berbeda, tapi sama sekali tidak merubah apa yang telah di lakukan. Semua perkataan Atifa sore ini, membebani pikiran Farhan. Karenaa tidak bisa menghibur Atifa lebih jauh, Farhan juga sedang rapuh.

Farhan memandangi layar laptop miliknya, memperlihatkan sebuah gambar yang sangat memorial menjadi layar walpapernya. Dua orang insan yang sedang mengangkat kedua tangannya, memohon agar mendapat Ridho dari-Nya. Saat itu sebuah do'a yang diucapkan mungkin berbeda, sesuai dengan apa yang terjadi dalam hidupnya masing-masing.

Namun satu doa yang pasti, agar kehidupan pernikahan mereka dipersatukan hingga maut memisahkan.

Teng teng ..

Dering jam berbunyi, menandakan hari sudah semakin larut. Setelah merunungkan apa yang terjadi, Farhan bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. Farhan memberi waktu kepada Atifa untuk menenangkan dirinya, dengan membiarkan Atifa seorang diri di kamar. Namun ternyata kesempatan yang Farhan beri, tidak dimanfaatkan oleh Atifa.

Lampu kamar masih menyala, menandakan orang di dalamnya belum masuk ke alam mimpi. Farhan membuka selimut putih yang terbentang lalu masuk ke dalamnya. Manik matanya Farhan pusatkan, pada seorang wanita yang tidur membelakangi dirinya. Walau hanya melihat punggungnya saja, Farhan bisa mengerti sebanyak apa pikirannya saat ini.

"Selamat malam," ucap Farhan walau tidak mendapat jawaban.

Tangan Farhan meraih tombol saklar, lalu mematikannya. Biasanya akan tersisa satu lampu, karena Atifa tidak bisa tidur dalam keadaan gelap. Namun kini Farhan tidak menyisakannya satu pun, Farhan malah membuat ruangan kamarnya gelap gulita dan hanya ada penerang dari luar melalui lubang ventilasi udara. Gelap memang menyeramkan, tapi gelap sungguh menenangkan. Begitu pikir Farhan.

Dan benar saja. Tatkala Farhan menutup matanya, Farhan merasakan ada tangan yang melingkar di dada bidangnya. Lalu ada sesuatu yang mendekati Farhan, rambut halus menyentuh dahi Farhan. Dalam keadaan yang gelap, Atifa memeluk Farhan dengan erat. Aksinya ini Atifa lakukan dalam keadaan sangat sadar dan itu membuat Farhan menerimanya dengan hangat.

Tidak ada yang lebih menakutkan, jika dilalui bersama. Setidaknya seperti ini. Farhan mengeratkan pelukannya,

***

Jam menunjukan semakin malam, dan semua lampu telah padam. Langkah seseorang mungkin tidak terdengar, namun hal itu sudah diduga. Saat knop pintu kamar akan dibuka, lampu yang tadinya gelap seketika terang oleh seseorang. Langkah yang dipercepat, kini berhenti. Lalu melihat ke arah seseorang yang telah menangkap basah dirinya.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang