Sesuai dengan cuacanya, semoga yang baca gak ikutan panas.
Selamat membaca..
*
"Apa itu menyenangkan?" tanya seseorang, kepada wanita dewasa yang sedang asik bermain dengan pasir.Seseorang yang ditanya sangat fokus dengan kegiatannya, hingga tidak menoleh ke arah seseorang yang sedang mengajaknya bicara.
"Ini sangat menyenangkan, aku menggunakan imajinasiku untuk membuat ini. Gimana menurut kamu?" tanya Atifa, lalu mengangkat kepalanya.
Posisi Atifa yang sedang jongkok, seketika kakinya melemah. Membuat Atifa jatuh duduk, dengan ekspresi terkejut.
"Kamu-" tunjuk Atifa, kepada sosok yang berdiri di hadapannya.
Pria itu lantas duduk di atas pasir, di hadapan Atifa yang sedang terkejut dengan keberadaanya. Ekspresi senang yang sering ia tunjukan ke Atifa, kini sama sekali tidak terlukis ekspresi apapun selain datar.
"Apa kamu bahagia?" tanyanya memastikan.
"Kenapa tiba-tiba tanya kaya gitu," heran Atifa.
Kalimat seperti ini baru terucap dari mulutnya, kenapa tidak dari kemarin-kemarin, saat ia selalu mengejar Atifa tanpa mengerti perasaan Atifa. Batin Atifa kesal.
"Aku tertekan, aku sangat sedih, aku sangat kecewa. Jadi aku ingin bertanya ke kamu, apa kamu merasakan apa yang aku rasakan?" Gio mengeluarkan semua rasa yang ia rasakan.
Ya, sosok yang menghampiri Atifa adalah Gio. Pengagum nomor satu Atifa, anak sang pemilik kampus. Pria yang paling tidak terima setelah mendengar Atifa ingin menikah, bahkan di hari pernikahan Atifa, Gio tidak menunjukkan batang hidungnya. Itu mengartikan bahwa, ia tidak menyetujui keputusan Atifa menikah dengan pria lain.
"Tolong jangan bahas itu lagi, aku pikir semuanya udah selesai," henti Atifa memalingkan wajahnya, tidak ingin membahas masalah ini.
"Kamu pikir semua ini selesai setelah kamu bilang ingin menikah? Aku butuh alasan!" hentak Gio keras.
Untuk pertama kalinya, Gio berbicara dengan nada keras kepada Atifa. Gio berteriak karena ingin mendengarkan alasan, itu membuat Atifa sangat terkesan, karena baru melihat sisi lain dari seorang Giorgino. Atifa tertawa kecil tidak percaya, sungguh, ini memancing amarah Atifa. Bukankah seharusnya Atifa yang merasa kesal? Karena kehadiran Gio membuat Atifa sangat tertekan.
"Apa kata kamu? Alasan," Atifa menaikkan nada bicaranya sembari menatap Gio.
"Alasan apa yang kamu maksud!" hentak Atifa.
"Aku cuma pengen tau, alasan kamu lebih milih cowo itu ketimbang aku," kata Gio memperjelas maksudnya.
"Jadi kamu mau tau?" tantang Atifa.
"Oke, aku kasih tau. Dia itu pria yang hangat yang bukan hanya pandai berbicara manis aja, sikapnya juga sangat dewasa. Itu membuat aku mau menikah dengannya," jelas Atifa.
"Hanya itu?" ucap Gio sedikit menyepelekan.
"Aku pernah bicara tentang nikah muda ke kamu, apa waktu itu kamu gak ngerti maksud ucapan aku? Itu artinya aku ingin menikahi kamu Atifa," ungkit Gio, perihal percakapannya saat itu dengan Atifa yang memiliki maksud dan tujuan.
Manik mata Atifa membulat sempurna, lalu tangannya gemetar mengcekram erat pasir yang berada di dekatnya. Deru nafas Atifa memburu, di iringi air mata yang terbendung. Saat itu, sempat terlintas di pikiran Atifa perihal ucapan Gio. Tapi ternyata prasangka Atifa benar, Gio tidak hanya sekedar mengucapkannya tapi menjadikannya seperti cita-cita untuk menikah dengan Atifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tafsir Cinta
Teen FictionTafsir Cinta bercerita tentang dua insan yang tidak sengaja dipertemukan lalu di satukan. Makna cinta yang luas membuat mereka tidak memiliki tujuan yang sama, berusaha mempertahankan ego hanya demi sebuah alasan. Kepercayaan yang di taruh di pundak...