#1 Awal Pertemuan

18 3 0
                                    

*Tafsir Cinta*

*

*

Kuasailah semua buku, tapi jangan biarkan buku menguasai kamu, membacalah untuk hidup, bukan hidup untuk membaca. Begitulah, kata Owen Meredith. Atifa suka membaca buku bukan hanya sekedar aktivitas atau kebutuhan, tapi untuk menguasai ilmu yang telah diungkapkan melalui tulisan. Lalu mempraktikannya untuk hidup, sebab semua yang kita lakukan butuh ilmu. Hidup tidak akan berarti tanpa pengetahuan.

Membaca adalah jendela dunia, begitulah para ahli menerjemahkanya. Dan Atifa percaya, dengan membaca Atifa bisa menaklukan dunia. Ruangan senyap menjadi teman untuknya, dan buku menjadi rekannya. Walau sebenarnya, Atifa tidak terlalu suka membaca. Kebiasaan ini di turunkan dari mamahnya, yang telah membiasakan Atifa membaca sedari kecil.

Tidak jauh dari rumah, ada perpustakaan yang sangat terkenal. Karena tempat itu menyediakan berbagai jenis-jenis buku, jadi banyak orang yang tertarik untuk datang. Dan Atifa pikir, Atifa ingin mengunjunginya saat selepas dari pulang kampus. Statusnya sebagai mahasiswa semester awal, membuat Atifa memiliki banyak pekerjaan rumah yang mesti Atifa kerjakan.

"Yah, mamah mana?" sapa Atifa kepada ayahnya yang sedang menonton televisi.

Setelah beristirahat sepulang dari kampus, Atifa turun ke bawah untuk menghampiri kedua orang tuanya lalu ingin meminta ijin keluar. Namun saat dirinya turun, Atifa tidak melihat kedua orang tuanya. Tapi hanya salah satu orang tuanya, yaitu Ayah Malik Ahmad.

"Kayaknya lagi di kamar nak," kata ayah, karena ayah juga tidak tahu.

"Aku mau ijin pergi ke perpustakaan, boleh gak yah?" ijin Atifa ragu.

Karena Atifa takut tidak akan di beri ijin, sebab Atifa baru saja pulang dari kampus. Atifa bahkan belum menghabiskan waktu bersama keluarganya, tapi sudah lancang berencana untuk keluar.

"Kamu gak mau makan malam dulu?" tanya ayah.

Atifa terdiam berpikir harus jawab apa, karena dia takut salah bicara dan pada akhirnya melukai hati ayahnya.

"Pergilah. Cari pengetahuan yang banyak," ucap Ayah, beliau memang sangat mendukungku jika berurusan dengan pendidikan.

"Tapi ingat, jangan pulang larut malam," tegas ayah.

"Aku gak akan lama ko, janji." ucap Atifa.

"Oh iya yah, tolong ijinin ke mama ya," pinta Atifa.

"Iya, tenang aja." kata ayah mengerti.

Hubungan ibu anak ini memang tidak terlalu dekat, mungkin karena anak perempuan lebih cenderung dekat dengan ayahnya. Ayah selalu menjadi seseorang yang menyenangkan, saat ia berkata "iya" di saat mamah berkata "tidak". Itu adalah momen yang luar biasa, ketika kehadirannya yang selalu menjagamu dengan baik.

"Terimakasih ayah," kata Atifa senang, lalu menyalami punggung tangan ayahnya itu.

****

Setelah sepuluh menit perjalanan, Farhan sampai di perpustakaan Nasional. Kedatangan Farhan yang membawa mobil mewah mencuri perhatian semua orang yang berada di sana, banyak kaum hawa yang memperhatikan kedatangan Farhan. Pria tampan dan berwibawa, siapa yang tidak kagum ketika melihatnya. Mata besar, hidung mancung, kulit putih, tubuh yang tinggi serta gayanya yang seperti CEO Muda di dalam Film.

Biasanya seseorang akan merasa bangga saat dirinya dikagumi oleh banyak orang, terutama saat banyak wanita yang mengejar untuk berusaha mendapatkannya. Itu bak anugrah dari Tuhan, tapi Farhan bukanlah pria yang seperti itu. Farhan malah merasa sangat tidak nyaman, jika mendapat perlakuan seperti itu. Farhan ini memang pria yang berbeda dari pria lainnya.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang