#39 Saling Cemburu

3 1 0
                                    

Tafsir Cinta

*

*

Ruangan yang terbilang sangat sederhana, tidak ada banyak benda di dalamnya. Warna dinding pun dibuat serupa, dengan warna yang menjadi identik rumah ini putih suci. Tidak ada hiasan dinding, selain jam dinding yang terpasang. Pada umumnya sebuah kamar dihiasi Poto yang di gantung di dinding, tapi di kamar ini Poto di letakkan di atas meja belajar. Sebuah Poto keluarga yang diambil tatkala pemilik kamar ini masih kecil.

Di atasnya ada sebuah bintang kecil yang terbuat dari kertas origami, lalu sengaja dibuat menggelantung di atas meja. Seolah mengisyaratkan, bahwa keluarga bak bintang yang bersinar indah. Letak jendela yang mengarah keluar, membuat sang penikmat malam bisa melihat langsung dua jenis bintang sekaligus. Siapapun yang memasuki kamar ini, sepertinya akan terpana dengan pemandangan yang indah ini.

Mungkin ini bukan pertama kalinya Farhan masuk ke kamar Atifa, tapi ini jadi pertama kalinya Farhan akan menginap di kamar ini. Kesempatan ini membuat Farhan bisa dengan jelas, menikmati setiap sudut kamar Atifa. Terlebih lagi pada sebuah Poto yang berada di hadapannya saat ini, manik matanya sampai tidak bisa berkedip tatkala memperhatikan poto itu.

"Udah dong, jangan diliatin terus," henti seseorang yang sedang malu.

"Kamu lucu di sini," ucapnya kagum.

"Kamu ngomong apaan si," malu Atifa.

"Ga boleh liat lagi," kata Atifa yang langsung meraih Poto itu dan meletakkannya secara terbalik lalu menutupinya dengan tubuh kecil Atifa.

Farhan jadi tidak bisa melihat Poto itu, karena sosok anak kecil yang sudah dewasa ini telah mengambil alih perhatiannya. Posisi Atifa kini sudah berada di depan Farhan, mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Manik mata Farhan tidak bisa berenti memandangi Atifa, karena sosok di depannya yang membuatnya tidak bisa berpaling.

"Perasaan barusan aku bilang gak boleh liat, kenapa masih liatin aku?" kata Atifa polos.

Farhan terkekeh, "Rasanya aneh banget," kata Farhan yang lantas duduk di tepi kasur.

"Aneh apanya?" kata Atifa tidak mengerti.

"Aku jadi pengen cepet tidur," kata Farhan ngegantung.

"Kenapa tiba-tiba bilang gitu?" bingung Atifa.

"Jangan mikir yang aneh-aneh," tambah Atifa takut.

"Kamu yang jangan mikir yang aneh-aneh," goda Farhan.

"Kamar ini nyaman banget," jelas banget.

Tanpa beban Farhan membaringkan tubuhnya, di atas kasur yang masih tertutupi selimut. Kelopak matanya perlahan tertutup, diikuti malam yang sudah mulai hening. Atifa perlahan berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang tempat Farhan tengah terbaring. Raut wajah Farhan menunjukkan ekspresi wajah yang telah bekerja keras, karena tampak sangat lelah.

Memandangi wajah Farhan, mengingatkan Atifa pada sosok sang ayah. Seorang pria yang rela melakukan apapun untuk anaknya, berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Walau itu sudah menjadi tanggung jawabnya, tetap saja itu terasa tidak adil bagi Atifa. Bagi Atifa yang tidak bisa membantu banyak, tapi malah sering menyusahkannya.

Rasa sedih itu bahkan tidak bisa dikendalikan, terlebih lagi kini bertambah seorang pria yang berjuang untuk Atifa.

"Jangan liat aku terus," kata Farhan yang masih menutup mata.

Atifa terjingkrak kaget hingga berdiri, mata Atifa terbelalak penuh dan mulut yang tidak bisa berkata-kata.

"Kamu pura-pura tidur ya?" tuduh Atifa.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang