#3 Siapa Sangka

25 2 0
                                        

*Selamat membaca*

*

*

Putra semata wayang keluarga Khalid duduk di sebelah ibu tercintanya, dengan posisi berhadapan dengan sang pemilik rumah. Manik mata Hanifa memandangi Farhan dengan penuh kagum, sembari melempar senyuman bangga kepada putranya itu. Tapi di sudut lain, ada seorang ibu yang lelah dengan sikap putrinya yang tidak kunjung mengerti. Anayya memergoki putri sulungnya sedang makan mie, di saat ada tamu di rumah mereka.

"Ya ampun kak, di luar lagi ada tamu kamu malah santai di sini." tegur Anayya kesal.

"Laper mah," ringisnya tanpa beban.

Mamah datang dengan menenteng sekantong paper bag berukuran sedang, dan menaruhnya di hadapan putri sulungnya itu.

"Buah dan makanan ini kamu hidangkan ya. Terus buatkan minum, anaknya om Khalid udah dateng," perintah mamah dengan penuh tekanan.

"Terus mie aku?" polosnya Atifa malah bertanya.

Mamah langsung pergi tanpa menjawab pertanyaan Atifa, dengan berat hati Atifa menunda makannya. Dan Atifa lantas menuruti perintah ibu jendral penguasa rumah ini. Saat keluar ingin menghidangkan makanan, Atifa hanya fokus melaksanakan tugasnya. menyajikam makanan dengan menyusun rapi di atas meja, lalu menghidangkan secangkir minum ke tempat yang Atifa duga di duduki putra keluarga Khalid.

Atifa tidak memperhatikan siapa tamu yang baru datang ini, karena kehadirannya sama sekali tidak tertarik bagi Atifa. Berbeda dengan si putra semata wayang, ia sangay terkejut saat melihat wanita yang sedang menyajikan minum untuknya. wajahnya yang tidak familiar membuatnya cepat mengingatnya.

"Oh iya, kenalin ini putri sulung Tante. Namanya Atifa Syaquilla Ahmad," ucap Anayya, memperkenalkan putri sulungnya.

"Salam kenal, aku Farhan Al khalid," ucap Farhan memperkenalkan diri.

Atifa terkejut saat mendengar suara cowo, di pikir Atifa anak om Khalid itu perempuan. Kepala Atifa yang sedari tadi menunduk kini Atifa angkat, hingga tanpa sengaja manik mata mereka bertemu.

"Astagfirullah, dia?" batin Atifa terkejut.

Dalam kurun waktu kurang dari sehari mereka sudah bertemu lagi, pada kesempatan yang tidak pernah diduga sama sekali. Atifa yang menjunjung tinggi harga dirinya bersikap tenang seolah mereka belum pernah bertemu sebelumnya, berbeda dengan Farhan yang tidak pandai berakting, ia merasa akward saat bertemu Atifa untuk kesekian kalinya.

Tidak ada percakapan apapun di antara mereka, karena kedua orang tua mereka sama sekali tidak memberi celah. Mereka terus membicarakan masa muda mereka, yang rasanya sudah beribu kali Atifa mendengarkannya. Atifa ingin sekali pamit ke dapur untuk melanjutkan makan, namun sayangnya dilarang oleh ibu jenderal. Mau tidak mau, Atifa bertahan sampai keluarga Al Khalid pulang.

***

Suasana di kediaman Al Khalid saat malam hari sangat sunyi, karena rumah besar ini hanya berisikan tiga anggota keluarga saja. Tapi untungnya ada beberapa pekerja di rumah ini yang tinggal di sini, membantu meramaikan rumah megah ini. Sepulangnya dari rumah sahabat ayahnya itu, ibu meminta agar kami duduk bersama dulu sebentar sebelum ke kamar masing-masing untuk tidur.

Sepertinya ibu telah memberitahu Asisten rumah kalau kami akan menggunakan ruang keluarga, terlihat dari beberapa makanan ringan dan susu yang telah dihidangkan di atas meja. Farhan duduk di bangku seorang diri, lalu tangannya meraih buku yang berada di atas meja untuk dibaca olehnya.

"Terimakasih ya mba," ucap ibu kepada mbak Yuyun, asisten rumah tangga yang sudah bekerja lama dengan keluarga kami.

Mba Yuyun kembali ke dapur, untuk memberi privasi kepada kami. Kami memang sedang uduk bersama di ruang keluarga, tapi hal itu tidak membuat semakin dekat. Karena kami malah fokus dengan kegiatan masing-masing. Aku membaca buku dan ayah menonton tv, sedangkan ibu hanya bisa menggelengkan kepala.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang